Friday, July 27, 2012

Menonton Berita Kriminal Tak Baik Bagi Perkembangan Otak Anak




Menyusul banyaknya tindak kekerasan dan kriminal yang disiarkan lewat media televisi, anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan seringkali ikut menyaksikan berita. Kondisi psikologis anak-anak pada dasarnya belum mampu memproses berita kekerasan sehingga membuat anak-anak lebih rentan trauma.

"Orangtua harus membatasi penayangan berita yang ditonton anak-anak, baik berupa berita cetak ataupun televisi. Anak-anak sangat rentan dalam menghadapi kekerasan, cenderung menjadi takut, cemas dan merasa tidak aman," kata Profesor Beverly Raphael PM, Ketua Australian Child and Adolescent Trauma Loss and Grief Network seperti dilansir Medical Daily, Kamis (26/7/2012).

Jika melihat buah hati mulai menampakkan kecemasan, orangtua sebaiknya menenangkan dengan cara menjamin bahwa anak-anak akan selalu dijaga dan dilindungi. Profesor Raphael merujuk pada insiden penembakan di Colorado, Amerika Serikat yang menewaskan 12 orang baru-baru ini. Peristiwa ini sangat mengguncang banyak keluarga di AS karena terjadi di bioskop umum.

Raphael menegaskan bahwa tayangan kekerasan dapat memicu dunia fantasi anak-anak, begitu juga dengan berita pembunuhan. Insiden seperti itu dapat membekas dalam ingatan sehingga memicu trauma. Selain itu, menyaksikan kekerasan juga akan mengingatkan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya dan memicu trauma.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Australia menemukan bahwa anak-anak yang menyaksikan tayangan kekerasan atau bermain video kekerasan akan melakukan aksi serupa. Menyaksikan tindak kekerasan akan memicu perilaku agresif pada anak muda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bermain video game kekerasan lebih tinggi kemungkinannya melakukan tindak kekerasan setelah memainkan video game. Hasil scan otak MRI terhadap anak yang menyaksikan tayangan kekerasan di televisi atau game menunjukkan reaksi serupa ketika anak melihat kekerasan di dunia nyata.

"Ada beberapa dampak penting dari tayangan kekerasan terhadap anak-anak yang ditunjukkan dalam penelitian, yaitu meningkatkan kemungkinan perilaku agresif, berkurangnya sensitifitas akan tindak kekerasan dan menganggap dunia sebagai tempat yang menakutkan dibandingkan kenyataan sebenarnya," kata peneliti, Dr Wayne Warburton.

Dr Warburton menjelaskan bahwa otak anak tidak pandai membedakan antara media dan situasi di kehidupan nyata. Efek dari menyaksikan tayangan kekerasan ini ditemukan sama saja dari semua media, baik televisi, film, video game maupun musik.


Sumber: detikHealth

No comments:

Post a Comment