Monday, October 1, 2012

Terapi Telepon Bisa Sembuhkan Depresi



Saat menghadapi masalah tertentu tentu Anda ingin berbagi sekaligus meminta saran dari seorang sahabat. Lalu bagaimana jika Anda tak punya waktu untuk menemuinya atau jarak memisahkan Anda dengan sang sahabat? Jika begitu, telepon saja sahabat Anda itu.

Sejumlah psikolog juga menemukan bahwa menelpon teman dapat membantu seseorang menghadapi atau mengatasi masalahnya seperti depresi , bahkan efek yang diberikan metode curhat via telpon ini bisa sama besarnya dengan menemui teman secara langsung.

Kesimpulan tersebut diperoleh tim peneliti dari Cambridge University setelah mengamati 5.500 orang yang terlibat dalam 'terapi bicara' yang disediakan National Health Service, Inggris untuk mengatasi depresi.

Dari hasil studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal PLoS One itu terlihat bahwa separuh partisipan memilih menemui konselor namun separuhnya lagi mengaku lebih suka diterapi lewat telepon.

Ternyata peneliti menemukan bahwa kedua metode tersebut sama efektifnya mengatasi depresi, kecuali bagi sekelompok kecil partisipan yang masalah depresinya lebih parah.

Terapi telepon juga dikatakan jauh lebih murah daripada terapi face-to-face atau langsung. Terapi telepon hanya menghabiskan 79 poundsterling (sekitar Rp 1.221.732) sedangkan terapi langsung menghabiskan biaya 119 poundsterling (sekitar Rp 1.840.330).

Kendati begitu, kedua metode sama-sama menggunakan pendekatan cognitive behavioural therapy (CBT) dimana setiap pasien dilatih oleh konselor untuk melihat percakapan dan kejadian sehari-hari dengan cara yang lebih positif.

Sayangnya terapi bicara ini masih terbilang mahal dan aksesnya sulit terjangkau oleh masyarakat sehingga banyak dokter yang tak punya pilihan lain dan terpaksa meresepkan obat-obatan antidepresan pada penderita depresi.

"Padahal terapi telepon ini tak hanya akan membantu individu memperoleh akses perawatan kesehatan mental yang dibutuhkannya tetapi juga menyediakan metode pengobatan yang biayanya paling efektif di saat semua orang mengkhawatirkan biaya pengobatan ini," terang Profesor Peter Jones dari departemen psikiatri Cambridge University yang juga memimpin studi ini seperti dilansir dari telegraph, Senin (1/10/2012).

No comments:

Post a Comment