Thursday, January 16, 2014

Menguak Tren Bedah Organ Intim

Himenoplasti. Istilah itu mulanya tak banyak yang memahami. Namun sejak 2011, ia menyeruak ke tengah masyarakat awam. Hampir semua orang mengenalinya sebagai salah satu tindakan “mendandani” organ kewanitaan.
Bagaimana tidak, istilah itu terlontar melalui wicara seorang selebriti. Dewi Perssik. Pedangdut yang dikenal lewat goyang gergajinya itu mengaku menjalani himenoplasti di Mesir. Ia menyebutnya sebagai operasi keperawanan.
“Yang pertama, ini untuk kepentingan film terbaru aku. Judulnya Pacar Hantu Perawan. Waktu itu aku ditawari bos KK Dheeraj untuk operasi, lalu dapat rekomendasi tempatnya di Mesir. Ini juga jadi alasan menjauhkan apa yang namanya free sex,” kala itu Depe--sapaan Dewi Perssik--beralasan.
Dengan himenoplasti, ia tak lagi seperti janda yang pernah dua kali menikah. Sebab, teknologi membuat selaput daranya kembali merekat seperti layaknya seorang gadis yang belum menikah. Pro dan kontra merebak. Namun, wanita asal Jember, Jawa Timur itu cuek.
Menurutnya, tindakannya itu mengagungkan konsep virginitas. Kalau sebagian orang menganggap keperawanan tak lagi penting, ia sebaliknya. Bintang film Setan Budeg itu ingin mempersembahkannya hanya pada suami. Meski, ia menyadari, itu hanya "keperawanan buatan".
Protes dari sisi agama tak ia hiraukan. “Haram itu kalau niatnya membohongi orang dengan bilang masih perawan. Tapi kalau aku kan semua orang tahu status aku janda, tapi rasanya perawan,” ia mengungkapkan dengan berseloroh.
Tren bedah area sensitif
Di luar kontroversi yang melingkupinya, apa yang dilakukan Depe rupanya mengusik ketenangan para wanita. Banyak yang juga ingin kembali “perawan”. Makin tahun, bedah organ intim kian menjadi tren.
Melalui laman Daily Mail, juru bicara Transform Cosmetic Surgery di Inggris bahkan meramalkan itu akan menjadi perawatan yang paling dicari di tahun 2014. Selama ini, katanya, para dokter kebanjiran permintaan bedah organ intim wanita.
Di Indonesia, fenomena serupa juga terjadi. Itu diakui seorang dokter bedah, dr Enrina Diah, SpBP. Sebenarnya, bedah organ kewanitaan sudah dikenal sejak tahun 1990-an di Indonesia. Di negara-negara Barat, lebih lampau lagi.
Namun, baru belakangan itu menjadi tren. “Karena sekarang budayanya sudah beda, orang-orang lebih terbuka soal seks,” katanya pada VIVAlife. Ia menjelaskan, orang-orang sudah semakin tidak canggung mendiskusikan masalah keintiman dan mencari jalan keluarnya.
Kini, dalam setahun saja Enrina bisa menerima sekitar 50 pasien khusus bedah organ intim. Kebanyakan, ia menyebutkan, pasiennya adalah wanita berusia 35-40 tahun. Mereka adalah ibu muda yang telah melahirkan dan ingin mengencangkan kembali organ intimnya.
Untuk siapa?
Ya, bedah organ kewanitaan memang sejatinya ditujukan bagi kalangan ibu-ibu yang sudah melahirkan. Kondisi tubuh wanita yang berubah drastis menjadi alasan kuatnya. Bobot bertambah, kondisi perut dan kulit pun meregang.
Apalagi organ kewanitaan yang normalnya menjadi jalan lahir bayi. Ia jelas mengalami perubahan signifikan. Organ vital wanita yang sifatnya elastis itu bisa melonggar. Normalnya, organ kewanitaan berukuran dua jari. Lebih dari itu, artinya sudah “longgar”.
Akibatnya, ia tak lagi berfungsi seperti sedia kala saat melakoni aktivitas seksual. Saat itulah, teknologi kedokteran menawarkan solusi. Organ intim wanita bisa “direparasi” agar lebih kencang dan rapat.
“Kalau dulu ibu-ibu menerima keadaan vagina begitu saja setelah melahirkan, sekarang tidak lagi. Teknologi dokter bisa memperbaiki kualitas hidup seseorang,” kata Enrina.
Yang perlu digarisbawahi, tujuan bedah organ intim bukan hanya masalah seksual belaka. Dr Dewi Prabarina, SpOG pernah menjelaskan, bedah organ intim biasanya untuk wanita yang melahirkan banyak anak secara normal, atau bayinya punya bobot di atas 4 kilogram.
Operasi juga bisa ditujukan bagi mereka yang secara medis memiliki kelainan organ intim. Misalnya, prolapsus uteri. Itu merupakan kondisi menurunnya dinding vagina akibat otot-otot yang melemah. Lazimnya, itu terjadi pada wanita menjelang menopause.
Banyak kelainan medis yang harus mendapat perawatan bedah organ intim. Di antaranya: tidak terbentuknya organ kewanitaan secara fisik (atrisia atau agenesis vagina), organ intim yang hanya terbentuk sebagian (agenesis partial), atau tak berlubangnya selaput dara (hymen inferforata).
Jika hal itu dialami wanita, banyak keluhan yang dirasakan. Misalnya, tidak mengeluarkan darah menstruasi, kesulitan berhubungan seksual, adanya urine atau feses keluar dari vagina, liang vagina terlalu lebar, sulit memiliki anak, dan sebagainya. Bedah vagina menjawab itu semua.
Teknis bedah
Sebelumnya, penting mengetahui prinsip pembedahan organ kewanitaan. Enrina menerangkan, terdapat setidaknya tiga teknis operasi: vaginoplasti, labiaplasti, dan himenoplasti.
“Vaginoplasti itu mengencangkan otot vagina, sedangkan labia mengencangkan bibir vagina,” tuturnya. Himenoplasti, seperti sudah disinggung, adalah merapatkan kembali selaput dara yang telah robek secara sengaja maupun tidak.
Terdapat serangkaian prosedur medis yang harus dilakukan sebelum menjalani ketiga jenis operasi itu. Pemeriksaan fisik dan menyeluruh, pemeriksaan urine dan darah, foto thorax, sampai pemeriksaan ginekologi dan IVP (Intravenous Pyelogram) harus dilakukan.
Baru setelah itu, ujar Enrina, pasien akan dibius lokal. “Otot di dalam vagina lalu dipotong dan dijahit, sehingga kencang kembali. Efeknya bertahan cukup lama,” ia menjelaskan prosedur untuk vaginoplasti.
Sedang labiaplasti, ada tindakan pembuangan bibir organ kewanitaan yang “menggelambir”. “Bibir itu dibuang. Efeknya tentu saja permanen,” jelas Enrina lagi. Untuk seluruh proses operasi, lamanya sekitar setengah jam.
Konsultan Uroginekologi dan Rekonstruksi RSMH Palembang, dr H Amir Fauzi SpOG (K) menjelaskan soal himenoplasti. Selaput dara yang sudah robek, disatukan kembali dengan dijahit. Biasanya dilakukan pada korban perkosaan atau trauma akibat kecelakaan.
Setelah operasi, pasien pantang melakukan aktivitas seksual. Enrina menyarankan, pasien tidak berhubungan seksual selama sekitar satu bulan lamanya. Sebab, organ intim masih akan terasa nyeri setelah proses penjahitan.
Untuk mengobati nyeri yang dipastikan akan kerap muncul, dokter biasanya memberi “bekal” pain killer dan antibiotik. Selain itu, kebersihan organ intim pun harus dijaga ekstra. Pasien bedah pun disarankan tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.
Pantangan yang terakhir itu, pernah dilanggar Depe. Usai operasi himenoplasti, ia langsung aktif syuting. Itu mengakibatkan organ intimnya nyeri hebat.
“Waktu operasi nggak terasa. Setelah itu baru nyeri. Sampai lewat tiga bulan masih terasa. Apalagi banyak adegan di kolam renang. Aku sampai drop dan break dua hari,” ia bercerita.
Efek positif
Seperti disebutkan sebelumnya, selain alasan medis bedah organ kewanitaan biasanya dilakukan agar aktivitas seksual kembali prima. Enrina mengakui, kenikmatan seksual jelas bakal didapatkan setelah vaginoplasti berhasil, karena otot-otot organ intim kembali rapat dan kencang.
“Itu menimbulkan efek ‘mencengkeram’ kembali,” ucapnya. Efek itu, mungkin “loyo” jika wanita sudah beberapa kali melahirkan.
Khusus untuk labiaplasti, punya efek positif lebih. Menurut Enrina, itu juga bisa mengurangi keputihan yang disebabkan iritasi di bibir organ intim. “Kalau bibir yang terkena iritasi itu dibuang, keputihan otomatis berkurang,” ia menerangkan.
Sedangkan himenoplasti, biasanya dilakukan hanya untuk mengembalikan kepercayaan diri. Sebab dengan cara itu, seorang wanita akan kembali mengeluarkan darah saat berhubungan seksual, layaknya seorang gadis yang masih perawan.
“Kalau disebut menambah fungsi kenikmatan, tidak juga. Itu hanya menyempitkan rongga selaput dara, bukan mengembalikan fungsi otot-ototnya. Sehingga waktu berhubungan seksual, terasa lebih sempit. Itu saja,” ujar Amir Fauzi.
Sayangnya, Enrina tertutup saat ditanya kocek yang harus dikeluarkan untuk melakukan bedah organ kewanitaan. Yang jelas, menurutnya itu cukup terjangkau. Banyak pula faktor yang memengaruhi, seperti tingkat kesulitan dan kondisi rumah sakit yang mengoperasi.
Himenoplasti, kata Amir, bisa dilakukan dengan mudah di Indonesia. Hanya perlu beberapa menit, dan biayanya tak sampai puluhan juta. “Biayanya Rp4-5 juta saja,” ia menuturkan. Sedangkan vaginoplasti, kisaran harganya mulai Rp10 juta ke atas.
Pantas saja bedah estetis itu bakal makin marak diminta 2014 ini.

Sumber : Vivalife

No comments:

Post a Comment