Thursday, November 29, 2012

Kenangan yang Keliru Lebih Gampang Diingat Ketimbang yang Benar


Ada yang bilang bahwa kenangan manis tak terlupakan. Pendapat tersebut belum tentu sepenuhnya benar, sebab banyak juga orang yang sangat sulit melupakan kenangan buruk sampai menjadi trauma. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang lebih sulit melupakan kenangan yang keliru dibanding kenangan yang benar.

Pada dasarnya, daya ingat manusia memang terbatas dan berubah-ubah. Setiap kali mengingat sesuatu, ingatan dipanggil di dalam otak secara kurang sempurna. Maka setiap kali ingatan tersebut berusaha dipanggil, ketepatannya mungkin dapat diragukan.

Pada awal 1990-an, banyak orang mengaku teringat kenangan akan pengalaman traumatis. Beberapa kritikus menduga hal itu disebabkan karena teknik yang digunakan para terapis untuk membuka kenangan pasien yang tersimpan memiliki persamaan dengan membuat kenangan palsu

Banyak psikolog terkemuka melaporkan bahwa orang-orang ini lebih banyak memiliki kenangan palsu daripada kenangan asli yang sebenarnya yang disimpan. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, peneliti memilih 342 orang peserta dan memperlihatkan 50 tayangan atas 2 peristiwa dengan cepat.

Selama diperlihatkan tayangan tersebut, peneliti memutarkan suara komentar seolah-olah ada orang yang menjadi saksi mata. Salah satu tayangan menunjukkan seorang pria membobol dan mencuri sesuatu dari mobil. Sedangkan tayangan lainnya memperlihatkan seorang pria mencuri dompet dari seorang gadis.

Narasi-narasi tersebut disertakan pada setiap tayangan seolah-olah menggambarkan adegan yang diperlihatkan. Padahal, sebenarnya ada 12 tayangan yang dimanipulasi sehingga narasi menceritakan hal yang berbeda dari adegan yang diperlihatkan. Misalnya, tayangan menunjukkan seorang pria bersandar jendela, namun narasinya mengatakan pria bersandar di pintu.

Para peneliti kemudian menanyai peserta apa yang telah dilihat dan di mana mereka mendapatkan sumbernya. Tujuannya untuk mengetes apakah peserta bisa membedakan kenangan yang benar dengan yang palsu. Contohnya, seorang pria bersandar jendela adalah kenangan yang benar, sedangkan pria yang bersandar pintu adalah yang palsu.

Pada tes pertama, sebanyak 61 persen dari kenangan peserta adalah benar, sedangkan yang palsu ada 31 persen. Para peserta dipanggil kembali 1,5 tahun berikutnya untuk menonton tayangan yang sama. Kali ini, para peneliti akan menghentikan tayangan sebelum memperlihatkan tayangan yang dimanipulasi lalu bertanya kepada para peserta apa yang terjadi selanjutnya.

Seperti dilansir Medical Daily, Senin (19/11/2012), para peneliti menemukan bahwa kenangan yang benar mengalami penurunan dan tetap bertahan pada 45 persen ingatan peserta. Namun kenangan yang keliru mengalami peningkatan dan tetap bertahan sebanyak 39 persen dari waktu ke waktu.

Hal ini menunjukkan bahwa kenangan yang benar semakin memudar, namun kenangan yang keliru semakin bertambah. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun kesalahan informasi dapat dilihat dengan mudah, namun kekeliruan tersebut tetap bertahan kuat, bahkan terkadang lebih kuat daripada kenangan yang benar.

Sumber: detikHealth

No comments:

Post a Comment