Dari Abdurrahman
bin Ahmad, meriwayatkan dari ayahnya bahwa ada seorang wanita yang
datang menemui Baqi' dan mengatakan, "Sesungguhnya anakku ditawan, dan
saya tidak memilki jalan keluar. Bisakah anda menunjukkan orang yang
dapat menebusnya; saya sungguh sedih sekali." Beliau menjawab, "Bisa.
Pergilah dahulu, biar aku cermati persoalannya." Kemudian beliau
menundukkan kepalanya dan berkomat-kamit. Tak berapa lama berselang,
wanita itu telah datang dengan anak lelakinya tersebut. Si anak
bercerita, "Tadi aku masih berada dalam tawanan raja. Ketika saya sedang
bekerja paksa, tiba-tiba rantai di tanganku terputus." Ia menyebutkan
hari dan jam di mana kejadian itu terjadi. Ternyata tepat pada waktu
Syaih Bapi' sedang mendoakannya. Anak itu melanjutkan kisahnya, "Maka
petugas di penjara segera berteriak. Lalu melihatku dan kebingungan.
Kemudian mereka memanggil tukang besi dan kembali merantaiku. Selesai ia
merantaiku, akupun berjalan, tiba-tiba rantaiku sudah putus lagi.
Mereka pun terbungkam. Mereka lalu memanggil para pendeta mereka. Para
pendeta itu bertanya, 'Apakah engkau memilki ibu?' Aku menjawab, 'Iya.'
Mereka pun berujar, 'mungkin doa ibunya, sehingga terkabul'."
Kejadian
itu diceritakan kembali oleh al Hafizh Hamzah as Sahmi, dari Abul Fath
Nashr bin Ahmad bin Abdul Malik. Ia menceritakan, aku pernah mendengar
Abdurrahman bin Ahmad menceritakannya pada ayahku, lalu ia menuturkan
kisahnya. Namun dalam kisahnya disebutkan, bahwa mereka berkata, "Allah
telah membebaskan kamu, maka tidak mungkin lagi bagi kami menawanmu."
Mereka lalu memberiku bekal dan mengantarkan aku pulang.
Maukah
engkau kuberitahu amalan utama yang dapat membuatmu dicintai Allah?
Tidakkah engkau ingin dicintai Allah, saudariku? maka sambutlah hadist
berikut ini.
"Dari Abdullah bin Mas'ud katanya: 'Aku
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal
paling utama dan dicintai Allah,' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab, 'Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan
shalat di awal waktu), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga
jihad di jalan Allah.'" (HR. Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari
2/9)
Tidakkah engkau ingin selalu dalam keridhaan Allah?
Maka, jadikanlah kedua orang tuamu ridha kepadamu, sebab keridhaan Allah
berada dalam keridhaan kedua orang tuamu. Dan kemurkaan Allah berada
dalam kemurkaan kedua orang tuamu. Seandainya ada seorang hamba datang
di hari kiamat dengan membawa amal perbuatan seribu orang shiddiq, namun
dia durhaka kepada kedua orang tuanya, maka Allah Tabaaraka wa Ta'ala
tidak akan melihat amalannya yang begitu banyak walau sedikit pun.
Sedangkan tempat kembali orang seperti ini tidak lain adalah neraka. Dan
tidak ada seorang hamba laki-laki atau perempuan yang membuat wajah
kedta orang tua atau salah satu dari mereka tertawa, kecuali Allah akan
mengampuni semua kesalahan dan dosanya. Dan tempat kembali orang seperti
ini adalah surga.
Tidakkah kita menginginkan surga ?
Sesungguhnya
hak-hak kedua orang tuamu atas dirimu lebih besar dan berlipat ganda
banyaknya sehingga apapun yang engkau lakukan dan sebesar penderitaan
yang engkau rasakan ketika kamu membantu bapak dan ibumu, maka hal itu
tidak akan dapat membalas kedua jasanya. Di dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah
bin Umar radhiyallahu anhu melihat seseorang menggendong ibunya untuk
thawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'si ibu' menginginkan, orang tersebut
bertanya, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku
sudah membalas jasa ibuku?" Jawab Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu,
"Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang
tuamu." (Shahih Al adabul Mufrad no. 9)
Tidakkah engkau
ingin diluaskan rizkimu dan dipanjangkan umurmu oleh Allah? Maka
perhatikanlah dengan baik sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, "Barang siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan
umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari
7/72, Muslim 2557, Abu dawud 1693)
Betapa besar semangat
dan bahagianya hati kita ketika silaturrahim kepada teman-teman kita.
Perjalanan jauh pun tidak kita anggap sulit. Ketika sudah bersama
mereka, waktu seakan berjalan dengan cepat.
Lalu, manakah waktu untuk silaturrahim kepada kedua orang tua kita? Beribu alasan pun telah kita siapkan.
Bukankah
orang tua adalah keluarga terdekat kita. Maka merekalah yang haknya
lebih besar untuk kita dahulukan dalam masalah silaturrahim. Ingatlah
pula bahwa merekalah yang selalu berada di sisi kita baik ketika bahagia
maupun duka, berkorban dan selalu menolong kita lebih dari teman-teman
kita.
Lalu, masih enggankah kita membalas segala pengorbanan mereka?
"Dan
kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah tempat
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah kamu
menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS Luqman 14-15)
Sering kali, ketika rasa kecewa telah
memenuhi hati kita, kekecewaan yang muncul akibat orang tua yang tidak
tahu dan tidak paham akan kebenaran Islam yang sudah kita ketahui,
bahkan ketika mereka justru menjadi penghalang bagi kita dalam tafaquh
fiddin, kita jadi seakan-akan mempunyai alasan untuk tidak mempergauli
mereka dengan baik.
Tahukah engkau , salah satu doa yang
mustajab? Yaitu doa dari seorang anak yang shalih untuk orang tuanya.
Sambutlah kembali hadiah nabawiyah ini.
Dalam hadist Abu
Hurairoh radhiyallahu anhu disebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga
perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang
mendoakan orang tuanya." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairoh
radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Sesungguhnya Allah pasti mengangkat derajat bagi hamba-Nya
yang shalih ke surga, maka ia bertanya, 'Ya Allah, bagaimana itu bisa
terjadi?' Allah menjawab, 'Berkat istigfar anakmu untukmu.'" (HR. Ahmad)
Diriwayatkan
dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Kelak akan datang
kepada kamu sekalian seseorang bernama Uwais bin 'Amir, anak muda yang
belum tumbuh janggutnya, keturunan Yaman dari kabilah Qarn. Pada
tubuhnya terkena penyakit kusta, namun penyakit itu sembuh daripadanya,
kecuali tersisa seukuran uang dirham. Dia mempunyai ibu yang ia sangat
berbakti kepadanya. Apabila ia berdoa kepada Allah niscaya dikabulkan,
maka jika engkau bertemu dengannya dan memungkinkan minta padanya
memohonkan ampun untukmu maka lakukanlah." (HR. Muslim dan Ahmad)
Janganlah
engkau enggan untuk berdoa demi kebaikan orang tuamu. Sekeras apapun
usaha yang engkau lakukan, bila Allah tidak berkehendak, niscaya tidak
akan pernah terwujud. Hanya Allahlah yang mampu Memberi petunjuk dan
membukakan pintu hati kedua orang tuamu. Mintalah pada-Nya, karena tidak
ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Memohonlah terus pada-Nya dan jangan
pernah bosan meski kita tidak tahu kapankah doa kita akan dikabulkan.
Pun seandainya Allah tidak berkehendak untuk memberi mereka petunjuk
hingga ajal menjemput mereka, ingatlah bahwa Allah tidak pernah
mendzalimi hamba-Nya. Janganlah berhenti berdoa saudaraku, karena tentu
engkau sudah tahu bahwa doa seorang anak shalih untuk orang tuanya
tidaklah terputus amalannya meski kedua orang tuanya sudah meninggal.
Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (QS. Al Israa’:24)
Semoga
kita bisa mengambil hikmah, manfaat dan pelajaran dari segala apa yang
telah kita jalani dan terjadi dalam hidup ini... Amiin.
No comments:
Post a Comment