Friday, September 16, 2011

TUJUAN manusia diciptakan



Setiap penciptaan sesuatu, pastilah punya tujuan. Seperti sama-sama telah kita ketahui, tiada sesuatupun diciptakan-Nya tanpa tujuan (QS. 3:191). Lalu apakah tujuan penciptaan kita (manusia) di bumi ini oleh Allah Ta’ala? Hal ini sangat penting sekali kita ketahui apabila kita ingin berjalan di muka bumi ini sesuai dengan apa kehendak sang pencipta.


Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia ada 3 (tiga) yaitu:

1. Menjadi ABDI ALLAH (QS 51:56)
Menjadi abdi Allah secara sederhana berarti ‘hanya bersedia mengabdi kepada Allah Ta’ala’. Tidak mau mengabdi kepada selain dari Allah Ta’ala, termasuk di dalamnya mengabdi kepada hawa nafsu dan syahwat kita sendiri. Melepaskan diri dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat merupakan bagian dari tahapan pertaubatan yang harus dilakukan.
Contohnya seperti makna tersirat dari kisah Nabi Musa, ketika Musa A.S membebaskan Bani Israil (juga bermakna batin nafs muthmainnah) dari perbudakaan Fir’aun (makna batin: hawa nafsu dan syahwat), menuju tanah suci yang dijanjikan (makna batin: qalbun salim).

2. Menjadi SAKSI ALLAH (QS 7:172)
Sebelum lahir ke dunia ini nafs manusia berjanji (saksi; asyhadu, syahid, syuhada) kepada Allah Ta’ala di alam Alastu, mempersaksikan bahwa hanya Allah-lah Rabb-nya (Q.S. 7:172). Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.

Pada saat ini pula Allah Ta’ala telah menentukan kepadanya empat perkara , yaitu: (1) Ajal, (2) Rezeki, (3) Amal, serta (4) Keberuntungan dan Musibah (Hadits riwayat Muslim). Dari hadits ini, berbeda dengan anggapan umum, kita lihat bahwa jodoh tidak masuk ke dalam yang ditentukan saat itu.

Di sini pula kita sering tergelincir memaknai ’syuhada’. Kata ’syuhada’, akar katanya sama dengan kata pada syahadat kita ‘Asyhadu’, artinya bersaksi, mempersaksikan dengan sepenuh kepercayaan, dengan sepenuh keyakinan (mengenai Tuhannya). Kata ’syuhada’ tidak semata-mata berarti orang yang mati di medan perang. Kata ’syuhada’ berarti ‘orang yang telah mempersaksikan’.

Di zaman Rasulullah, mereka yang gugur ketika berniat mengorbankan jiwa mereka untuk Allah melalui jalan yang tersedia dan dibutuhkan ummat pada masa itu (berperang), yang pengorbanannya diterima oleh Allah, dianugerahi sebuah ‘penyaksian (akan kebenaran)’ melalui gugurnya mereka di medan perang. Maka, belum tentu setiap orang yang gugur di medan perang adalah ’syuhada’. Juga hal ini berimplikasi bahwa banyak cara lain menjadi seorang ’syuhada’ selain melalui peperangan.

3. Menjadi KHALIFAH ALLAH (QS 2:30)
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Adam A.S bukanlah manusia pertama, tetapi ia adalah khalifah pertama. Sebelumnya terdapat manusia-manusia yang tidak bertugas sebagai khalifah, seperti Pitecanthropus, Meganthropus, Paleo Javanicus, dsb. Lihatlah penggunaan kata: ‘Khalifah’ bukan ‘Insan’ di ayat tersebut.

Untuk bertugas sebagai khalifah, bukan berarti harus selalu dibentuknya sebuah sistem pemerintah berlabelkan Islam. Sebenarnya tiap individu dapat berperan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini secara individual, karena sesungguhnya seorang manusia baru berfungsi sebagai khalifah, adalah ketika ia berkarya di bumi ini berdasarkan misi untuk berbuat yang Allah telah tentukan kepadanya di alam Alastu.
Masing-masing orang punya “Misi Suci” yang berbeda-beda, yang telah Allah tugaskan kepadanya. Berdasarkan misi suci inilah “untuk apa” seseorang diciptakan dan “menurut apa dimudahkan kepadanya”.

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan:
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, sudahkah dikenal para penduduk neraka dan penduduk surga?” Jawab Rasulullah: “Sudah.” Lalu ia kembali bertanya: “Kalau begitu untuk apa manusia beramal ?” Rasulullah SAW menjawab: “Mereka beramal untuk apa dia diciptakan dan menurut apa yang dimudahkan kepadanya”. (Hadits Riwayat Bukhari).

Kebanyakan manusia tidak mengetahui untuk apa dia dicipta di dunia ini. Sehingga -masuk akal- apabila ia tidak dapat menjadi wakil serta penjelmaan citra Allah di muka bumi sebagai khalifah (pemakmur bumi).

Ketika seorang berkarya di bumi ini sesuai dengan Misi Hidup nya, maka secara langsung ia telah berkarya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki padanya. Maka secara langsung pula ia telah menjadi Abdi Allah (QS 51:56) secara hakiki.

No comments:

Post a Comment