Saturday, May 14, 2011

Keterbatasan Akal Pikiran



Dalam Al-Quran Allah memfirmankan sebagian ayat-ayat yang isinya menunjukkan betapa kandungan ayat tersebut tidak akan mungkin dapat dijangkau secara optimal oleh akal pikiran kita yang rasional empiris. Untuk memahami yang terdekat dengan apa yang Dia Kehendaki tentang kandungan ayat tersebut, Allah telah melengkapi pikiran rasional empiris kita dengan qalbu dan lubb (jamaknya albab). Jika ketiga instrumen yang Allah anugrahkan kepada manusia ini dapat kita manfaatkan secara optimal, maka kemampuan kita untuk mencerap pemahaman realitas atas segala sesuatu mencapai derajat yang tinggi.


Beberapa ayat yang dimaksud di atas di antaranya mengandung hal-hal yang secara rasional empiris seperti berlawanan/kontradiktif, a.l.:

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin..(Huwa Al-Awwalu wa Al-Akhiru Huwa Al-Dhohiru wa Al-Bathinu)" (QS. Al-Hadiid [57]:3)

Ada juga yang kandungan ayatnya tidak mampu dijangkau oleh akal pikiran karena mengungkapkan tentang keluarbiasaan Allah SWT yang jika dipahami secara empiris sangat sulit, a.l.:

"Allah cahaya langit dan bumi (Allahu nur as-samawaati wa al-ardhi). Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS.An-Nuur [24]:35)

Terhadap ayat-ayat tersebut, kapasitas dan kemampuan akal pikiran rasional empiris kita tidak akan sanggup memahami hakikatnya, sehingga memerlukan bantuan qalbu dan 'aql/lubb kita yang harus dalam kondisi terbebas dari 'penyakit-penyakitnya'.

Beruntunglah kita bahwa Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul dari kalangan manusia seperti kita yang membantu kita dalam memahami hakikat kehidupan. Kemudian setelah beliau-beliau wafat, Allah menggantikannya dengan para shiddiqin, syuhada dan shalihin yang meneruskan tugas para nabi dan rasul. Dan hingga zaman kita hidup saat ini, meskipun tidak mudah dicari, tetapi Allah masih mengizinkan keberadaan beliau-beliau di dunia ini.

Hal penting lainnya, Insya Allah, Dia akan membimbing siapa saja yang memiliki qalbu dan 'aql/lubb yang terbebas dari 'penyakit-penyakit'nya untuk bertemu serta belajar dengan shidiqqin, syuhada' dan shalihin. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa bahu-membahu dalam sisa umur kita untuk berjuang keras dalam mencapai kondisi tersebut, karena Allah sebagai Pencipta Yang Maha Sempurna juga menciptakan makhluk yang tugasnya membuat 'aql dan qalbu kita ber'penyakit'.

Laa haula wa laa quwwata illa billahi Al-Aliyyul Adhiim.

Wallahu a'lam bi shawwab.

No comments:

Post a Comment