Tuesday, October 4, 2011

OKSIGEN



Salah satu kunci agar kita bisa semakin bertakwa kepada Allah SWT adalah dengan caramerenungkan dan memikir-mikir nikmat-nikmat Allah SWT, khususnya nikmat-nikmat yang sering terlupakan. Memang kita tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat Allah, sebagaimana ditegaskan Allah dalah surah Ibrahim ayat 34:

...و إن تعدوا نعمة الله لا تحصوها..... (إبراهيم: 34)

Jika kalian menghitung nikmat Allah maka niscaya kalian tidak akan bisa menghitungnya.

Namun begitu kita tetap diperintah untuk merenungkan nikmat-nikmat Allah, sebab ini akan membawa faedah yang besar bagi diri kita sendiri sebagai hamba-NYA. Setidaknya ada 2 faedah yang akan kita peroleh:

  1. Kita bisa membedakan antara nikmat yang betul-betul bermanfaat bagi hidup kita dan nikmat-nikmat semu yang cenderung merusak kualitas hidup kita.
  2. Mata hati dan pikiran kita menjadi tajam, tidak hanya melihat nikmat-nikmat yang besar yang kasat mata, tapi bisa dengan mudah melihat nikmat-nikmat yang sering tidak nampak, tersembunyi, dan terlupakan.
Jika ini bisa kita lakukan maka kita akan menjadi hamba-hamba yang syakuur (pandai bersyukur). Rasa syukur kita akan mendorong dan memperkuat ketulusan  kita dalam beribadah, dan akhirnya hidup kita akan penuh dengan ketakwaan yang berkualitas terhadap Allah SWT.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak merenungkan sebuah nikmat yang sangat penting tapi sering kali terlupakan. Tentu ini tidak satu-satunya tapi hanya salah satunya saja. Nikmat yang saya maksud ini menjadi syarat mutlak bagi berlangsungnya kehidupan di bumi. Sebuah zat berupa gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak bisa dirasa oleh lidah. Dalam ilmu Kimia ia diwakili dengan simbol huruf O (o besar). Ditemukan pada tahun 1774 oleh Joseph Priestley ahli Kimia asal Inggris dan Carl Scheel ahli Kimia asal Swedia. Ia adalah oksigen.

Kita tahu bahwa tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak butuh oksigen. Tanaman akan tumbuh baik jika tanahnya mengandung oksigen yang cukup. Semua hewan dan manusia menghirup oksigen agar mereka bisa tetap hidup. Ikan dan semua makhluk hidup di laut juga hidup karena oksigen. Cacing, rayap, dan segala serangga yang di dalam tanah juga butuh oksigen.

Sebuah penemuan yang menarik menyebutkan bahwa 60% dari tubuh manusia adalah oksigen. Oksigen terdapat dalam darah, daging, tulang, otot-otot, dan semua komponen tubuh kita. Bahkan makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak luput dari oksigen. Singkatnya, semua bagian tubuh kita tanpa kecuali butuh oksigen agar tetap tumbuh sehat. Sehingga bisa dipastikan, anggota tubuh manapun yang kekurangan oksigen akan menderita sakit. Pasien rumah sakit yang sistem pernafasannya (respiratory system) lemah akan dibantu dengan selang oksigen. Itulah kiranya mengapa orang-orang sufi selalu menganjurkan agar kita senantiasa mengingat atau berdzikir pada Allah dalam setiap tarikan nafas. Bahkan sebenarnya tidak hanya makhluk hidup saja yang perlu oksigen. Berbagai industri yang berbahan dasar logam atau baja membutuhkan banyak oksigen dalam proses pembakarannya.

Oksigen yang menjadi kebutuhan pokok itu ternyata diciptakan Allah hanya untuk menopang kehidupan di Bumi kita ini. Tidak di planet atau bintang lain. Namun mengapa yang dipilih  bumi? Sungguh Allah Maha Bijaksana dan Maha Tahu atas semua yang diciptakan-Nya ....
Bumi yang menjadi rumah kita ini benar-benar tak ubahnya sebutir pasir di antara pasir-pasir yang terhampar sepanjang pantai (seluruh pantai) di bumi ini. Sebab bumi merupakan salah satu planet dari 9 planet yang mengorbit/mengelilingi matahari (satu-satunya bintang yang berada dalam Sistem Tata Surya). Sedangkan matahari hanyalah salah satu bintang dari sekelompok yang sangat besar yang berisi setidaknya 400 milyar bintang. Kelompok bintang ini biasa disebut galaksi. Dan galaksi kita, di mana bumi dan segenap Sistem Tata Surya berada, dikenal dengan galaksi Milky Way. Bintang-bintang yang nampak oleh mata telanjang kita (tanpa bantuan teleskop) di malam hari, semuanya masih tergolong ke dalam galaksi Milky Way. Galaksi Milky Way tidak sendirian di alam raya ini. Menurut para ilmuwan, setidaknya ada sekitar 125 milyar galaksi yang menghuni alam raya ini. Galaksi yang terdekat dari Milky Way bernama Andromeda, yang berjarak 2,5 juta tahun cahaya dari bumi. Ia merupakan satu-satunya galaksi lain yang bisa dilihat dengan mata telanjang dari bumi. Jadi dengan kata lain, bisa dibilang bahwa kita ini adalah penghuni bumi, penghuni Sistem Tata Surya, penghuni galaksi Milky Way, dan akhirnya penghuni alam raya. Itulah alam raya yang dalam bahasa Inggris disebut universe dan dalam bahasa Arab ālamīn (عالمين). Sebagaimana kita tahu kata ālamīn ini terdapat dalam ayat pertama surat al-Fatihah. Kita mengulang-ulangnya dalam sehari semalam setidaknya 17 x sejumlah reka’at salat yang kita lakukan dalam 5 waktu.

Kembali ke bumi... mengapa di antara sekian milyar galaksi, dan bertrilyun-trilyun bintang tersebut Allah memilih bumi untuk menjadi satu-satunya tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidupNYA termasuk manusia? Tentu hanya Allahlah yang tahu rahasia di balik semua itu. Wallaahu a’lam.

Dalam hal ini, yang perlu kita ketahui dan lalu kita syukuri adalah, bahwa jika Allah menciptakan sesuatu, maka diciptakannya sesuatu itu dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman-NYA:

الذي أحسن كلَّ شيءٍ خلقه .....

(Allah) Yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya... (as-Sajdah:7)

Allah telah menghendaki bumi menjadi tempat tinggal bagi segenap makhluk hidupnya, maka lantas Dia melengkapinya dengan lapisan Atmosfer setebal 9.600 km yang menyelimuti bumi. Dengan adanya Atmosfer ini Allah menjamin proses kehidupan di bumi berlangsung secara normal dan aman. Sebab di dalam Atmosfer inilah terkandung oksigen (sebanyak 21 %) yang menjadi syarat mutlak bagi berlangsungya kehidupan. Sisanya adalah nitrogen (78 %) dan argon (1 %). Di dalam argon terdapat gas yang bernama ozon yang terdapat di ketinggian antara 19 – 40 km. Lapiran ozon ini berfungsi melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari, yang jika seandainya sinar tersebut tidak difilter oleh ozon lalu tembus mencapai bumi maka akan banyak terjadi kerusakan di bumi.

Dan telah menjadi kebijaksanaan Allah, bahwa oksigen disediakan secara melimpah ruah di lapisan Atmosfer paling bawah, dari permukaan bumi sampai ketinggian 3,9 km. Hal ini dikarenakan semua makhluk hidup di bumi rata-rata berada di bawah ketinggian 3,9 km tersebut. Di atas itu, semakin tinggi sebuah ketinggian semakin berkurang oxigennya. Karena itulah para pendaki gunung setelah berada di ketinggian lebih dari 4000 m banyak yang mulai menderita hypoxia (gejala sakit karena kekurangan oksigen). Siapapun yang mengadakan perjalanan udara di atas ketinggian tsb harus membawa bekal oksigen yang cukup. Pesawat-pesawat transportasi udara yang rata-rata terbang di ketinggian antara 6 – 11 km, pesawat-pesawat militer yang mampu terbang sampai ketinggian 16 km, para astronomy yang bekerja di Stasiun Antariksa Internasional di ketinggian sekitar 360 km, dan astronot-astronot yang melakukan perjalanan ke bulan, semuanya harus berbekal oksigen yang memadai.

Namun walaupun oksigen telah disediakan Allah secara berlimpah-ruah di muka bumi, ternyata di banyak tempat khususnya di kota-kota besar oksigennya telah tercemari oleh gas-gas polutant yang membuat udara menjadi tidak sehat dan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit. Kita telah tahu di zaman sekarang ini bermunculan beberapa jenis penyakit berbahaya (yang dulunya jarang terjadi atau belum pernah ada) terutama jenis-jenis kanker yang disebabkan buruknya kualitas oksigen. Semua itu tentu akibat ulah manusia sendiri. Aktifitas industri, perusakan hutan (illegal logging), asap-asap kendaraan, semua itu merupakan faktor-faktor utama yang membuat buruknya kualitas oksigen.

ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون (الروم:
41)

Telah nyata kerusakan di darat dan laut karena ulah tangan manusia sehingga Allah menimpakan siksa pada mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Maka marilah kita selalu berupaya menjaga dan memperbaiki kualitas oksigen bumi. Bagaimana kita bisa melakukan hal itu? Salah satunya dan yang utama adalah melakukan penghijauan lingkungan. Kita tahu bahwa salah satu manfaat utama tanaman atau pepohonan adalah untuk membersihkan udara. Karbondioksida yang mengotori udara diserap oleh tanaman dan pepohonan di saat melakukan fotosintesis di siang hari, dan di saat itu pula tanaman dan pepohonan melepaskan oksigen murni ke udara. Dalam hal ini bisa dikatakan tanaman dan pohon berfungsi seperti paru-paru. Hanya saja sebaliknya paru-paru manusia menyerap udara yang berupa oksigen lantas mengeluarkannya berupa karbondioksida. Dengan demikian terjadi hubungan symbiosis mutualism, hubungan yang saling membutuhkan: kita memberi karbondioksida pada pepohonan dan tanam-tanaman untuk proses fotosintesis, dan mereka memberi kita oksigen murni yang baik sekali untuk kesehatan.

Dulu, 15 abad yang lampau Rasulullah saw mengatakan bahwa menanam tanaman itu bernilai sadaqah, khususnya tanaman atau pepohonan yang menghasilkan buah atau apa saja yang bisa dimakan dan dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya.

ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بـهيمة إلا كان له به صدقة (رواه البخاري)

Tiada satu pun orang Islam yang menanam tanaman, lalu bagian dari tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan (lainnya), kecuali dia telah mendapat pahala sadaqah.

Dari hadis ini kita mendapat setidaknya tiga pelajaran penting:
  1. Tanaman yang ditanam tidak dibatasi jenisnya. Baik yang bisa berbuah dan enak dimakan, atau  hanya dimanfaatkan kayunya, atau daunnya, atau bahkan  hanya kerindangannya saja untuk berteduh, atau keindahannya saja untuk menyejukkan mata, atau bahkan yang sebagian orang belum tahu apa manfaat dari tanaman itu.... semuanya tetap bisa bernilai sadaqah. Sebab, hakekatnya tidak ada tanaman yang tidak bisa dimanfaatkan, karena semua tanaman mengeluarkan oksigen, dan setelah matipun lalu membusuk bisa dimanfaatkan cacing atau organisme lainnya... setelah itu bisa menyuburkan tanaman... atau sebelum mati mungkin dimakan ternak lebih dulu, lalu jadi kotoran, kotoran bisa jadi pupuk... dst.. dst..  dan ujung-ujungnya kembali bermanfaat untuk kehidupan umat manusia. Itulah kiranya seperti yang telah ditegaskan Allah dalam ayatnya:ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة، ومن الناس من يجادل في الله بغير علم ولا هدى ولا كتاب منيرTidakkah kalian perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman: 20)Dengan ayat ini Allah memberi peringatan yang sangat tegas seakan-akan berkata: "Sudah demikian gamblangnya nikmat-nikmat itu terpaparkan... kok masih ada yang membantahnya.. membantah keesaanKU?"
  2. Walaupun Rasulullah dalam hadis itu menggunakan kata أكل – يأكل (makan), tidak lain karena menyesuaikan masa atau zaman, yakni untuk mempermudah pemahaman masyarakat arab ketika itu yang hanya memiliki pengertian bahwa tanaman atau pohon hanya bisa dimanfaatkan dari buahnya. Andaikata Rasulullah hidup pada zaman seperti sekarang ini, di mana warga bumi telah berkesadaran bahwa tanaman dan pepohonan juga punya banyak manfaat lain selain untuk dimakan, seperti menjaga kebersihan udara, menahan erosi, menyimpan air dalam tanah, untuk obat, dll, pasti Rasulullah akan menggunakan bahasa yang lebih dari sekedar “makan”.
  3. Bahwa nilai sadaqah itu tidak hanya karena kita memberi manfaat pada sesama manusia saja, tapi seluruh makhluk hidup tanpa kecuali.
 Maka marilah kita bersama-sama memulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil yang kita mampu, dan mulai dari sekarang… melakukan langkah-langkah perbaikan. Seperti mengurangi penggunaan plastik, tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon, dan ikut melestarikan hutan. Semoga kita semua terpanggil untuk andil melestarikannya demi kebaikan kita semua dan lingkungan... sampai ke anak cucu-kita. Kita lakukan semua itu sehingga kita bisa menepati apa yang difirmankan Allah dalam surah al-A’raf: 56.

Dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah pada Allah dengan perasaan takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat dari orang-orang yang berbuat baik.

No comments:

Post a Comment