Munafiq atau nifaq berasal dari kata Arab yang berarti lubang atau sarang binatang sejenis tikus yang memiliki tempat tinggal lebih dari satu lubang, sehingga jika ia dikejar melalui satu lubang ia akan lari menuju lubang yang lain. Dalam terminologi Islam, kata munafik merujuk pada orang-orang yang berpura-pura beriman dan mengikuti ajaran agama namun mengingkari dalam hatinya. Pengertian munafik kemudian berkembang sesuai karakteristiknya, seperti orang yang bermuka dua atau lain di mulut lain di hati. Nifaq adalah jenis perbuatannya, sementara pelakunya disebut munafiq. Kata munafiq kemudian di-Indonesiakan menjadi munafik atau dalam istilah lain disebut hipokrit.
Para ulama membagi nifaq menjadi 2 macam. Pertama, nifaq i"tiqadi yakni kemunafikan yang bersifat akidah atau keyakinan. Ini merupakan nifaq besar. Yaitu seseorang yang menyembunyikan kekafiran lalu menampakkan keislaman. Atau seolah-olah beriman padahal dalam hatinya mengingkari. Golongan munafik ini pertama kali muncul ketika Rasulullah berada di Madinah, yang dikepalai oleh Abdullah bin Ubay bin Sallul. Munafik dalam segi akidah inilah yang akan mendapat siksaan pedih di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam Surat An-Nisa": 145 "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka."
Kedua, nifaq "amali yakni kemunafikan yang bersifat amal perbuatan. Nifak ini bisa dipecah menjadi dua: (1) munafik dalam amal ibadah, dan (2) munafik dalam sikap atau tingkah laku. Munafik dalam amal ibadah di antaranya; malas beribadah, jika mereka shalat, cuma untuk menunjuk-nunjukkan kepada orang lain (riya), sedikit sekali berzikir, (QS. An-Nisa': 142); sangat berat melaksanakan shalat isya dan shalat subuh (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651).
Munafik dalam sikap atau tingkah laku ciri-ciri utamanya dijelaskan dalam Hadis Nabi SAW. "Empat hal yang barang siapa keempatnya ada padanya maka dia seorang munafik tulen dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya salah satu darinya berarti ada pada dirinya sebuah kemunafikan, yaitu jika dipercaya berkhianat, jika berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika bertikai ia berbuat curang." (HR. Bukhari No. 34 dan Muslim No. 207).
Masih banyak lagi gambaran dan ciri-ciri orang munafik baik dalam Al Quran maupun hadis Nabi SAW. Bahkan secara spesifik Allah SWT menceritakan orang-orang munafik dalam sebuah surat bernama Al-Munafiqun, surat Al Quran ke-63. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa orang munafik itu penakut seperti takutnya seseorang mendengar guruh dan petir tatkala ditimpakan hujan yang lebat disertai gelap gulita, guruh dan banyak kilatan (QS 2: 19-20). Mereka itu takut, sehingga mereka bersumpah atas nama Allah SWT (QS 9: 56), dan untuk dijadikan sebagai perisai (QS 63: 2). Mereka takut ditahan dan dibunuh. Juga takut kehilangan harta benda dan jabatannya. Demi mempertahankan semua itu, mereka rela berdusta, bersumpah palsu, ingkar janji, khianat, menipu, memanipulasi dan mengubah kebencian yang sangat di dalam hati menjadi tampak sikap santun pada penampilannya.
Kondisi mereka, jika di pagi hari berada dalam golongan muslim sedangkan di petang harinya menjadi sahabat golongan kafir. Sebaliknya, di petang hari bersikap suatu keadaan sedangkan di pagi harinya dalam sikap yang lain. Jadi, mereka tak berpendirian, tidak punya pegangan, bimbang dan ragu-ragu. Bagaikan perahu yang terombang-ambing ditiup angin dan hanya bersikap mengikuti arah angin. Terombang-ambing dalam kemunafikannya. Manakala mereka memperoleh manfaat dari kejayaan Islam, mereka merasa tenang, tetapi bila Islam tertimpa cobaan, mereka bangkit kembali kepada kekafiran (QS 22: 11).
Karakteristik Munafik Modern
Penting kiranya mengetahui karakteristik orang munafik dalam realita kehidupan saat ini. Kita identifikasi dengan cermat dan teliti agar kita paham hakikat munafik, bagaimana karakteristiknya, apa bahaya dan mudharatnya. Munafik itu seperti virus dan termasuk jenis penyakit hati. Karena itu, bisa menimpa siapa saja termasuk diri sendiri. Jangan sampai seperti ungkapan "maling teriak maling" menyebut orang lain sebagai munafik, padahal dalam diri kita terdapat virus-virus munafik. Apabila virus munafik itu ada dalam diri sendiri, sesegera mungkin kita lenyapkan.
Mungkin di zaman modern ini jenis munafik akidah seperti Abdullah bin Ubay sudah sangat jarang dijumpai. Tetapi, jenis munafik "amali dalam hal ibadah dan sifat-sifat kemunafikan jelas masih banyak. Bagi sebagian orang, kemunafikan harus tetap dijaga dan dipelihara demi kepentingan dan eksistensi diri sendiri dan golongannya. Untuk apa mereka memelihara kemunafikan? Ya, untuk memberi keuntungan bagi dirinya sendiri.
Orang munafik hampir tidak pernah melakukan perbuatan yang benar-benar untuk perbuatan itu sendiri. Hatinya penuh pamrih tersembunyi, pikirannya sarat strategi penipuan, tidak hanya kepada orang lain tapi juga kepada dirinya sendiri. Maka Allah menjelaskan dalam Al Quran "Sesung guhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, maka Allah membalas tipuan mereka... (QS. An-Nisa`: 142).
Jika ia salat, maka salatnya bukan ikhlas beribadah kepada Allah melainkan hanya alat untuk mencari kemungkinan tambahan agar tercapai keinginan tertentu yang diam-diam ia simpan dalam hatinya. Jika ia pergi haji, sebenarnya Allah dan rumah-Nya bukan fokus dari kepergiannya, tapi ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapainya, misalnya supaya dianggap orang alim, supaya pengaruhnya di masyarakat semakin kuat dan lain sebagainya.
Orang munafik adalah orang-orang yang pintar. Bicaranya fasih, mampu memukau dan memesonakan orang banyak dengan ayat-ayat Tuhan, sanggup memukau publik dengan uraian-uraian ilmu sosial aplikatif empiris. Pandai berkilah, sangat oportunis sehingga tujuan dapat menghalalkan cara. Sangat pandai menyembunyikan rahasia sehingga wajah yang ditunjukkannya kepada publik adalah wajah yang sudah dipoles dan mudah menipu orang lain.
Orang munafik beralamat di pintu, satu kakinya di dalam rumah dan kaki sebelahnya lagi di luar rumah. Kalau ada makanan di dalam rumah ia cepat dapat. Jika rumah kebakaran ia duluan lari. Ia tidak di dalam rumah, juga tidak di luar rumah. Ia tidak berada di satu posisi tapi ada di berbagai posisi. Ia bukan putih bukan hitam, tapi abu-abu. Ia tidak laki-laki tidak perempuan, ia banci, Itulah posisi paling strategis dan aman bagi orang munafik.[ ]
No comments:
Post a Comment