Malam telah larut ....Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus
mengerjakannya hingga selarut ini. Ah, hari yang melelahkan. Terlebih,
setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak berawan. Rintik
hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan
"acara" kehujanan.Setengah berlari saya mencari tempat berlindung.
Untunglah,
penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda
sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh,menjumpai bapak
penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih
menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada
kehujanan…," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja,
hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat.
Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya
berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja.
Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk.
Bumbu
dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan
sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya
cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie
goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai
hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih,
orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah
saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya
sambil menghisap rokok dalam-dalam. "Kalau hujan begini, jadi sedikit
yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"
Duh.
Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang membeli kalau hujan
begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih.
Namun, agaknya saya keliru… "Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu
tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana.
Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung
pasti dapat air buat sawah.
Yah, walaupun nggak lebar, tapi
lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini
pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan…"
Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare".
(Tuhan itu tidak pernah istirahat) Allah Memang Maha Kuasa, yang tak
pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru
memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya
di depan perkataan sederhana itu.
Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya
selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi
banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa
materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga
berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya
cuma harus bersabar.
Namun saya keliru. Hujan, memang bisa
menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap
petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi.
Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang
menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong
mobil yang mogok.
Hmm…saya makin bergegas untuk
menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti
lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau
Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah,hujan telah reda,
dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu
yang teringat, Gusti Allah Ora Sare ….. Gusti Allah Ora Sare…..
Begitulah,
saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah
memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara
yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat
hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi
semakin banyak belajar.
Dulu, saya berharap, bisa melewati
tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya
sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya
lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan
saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat
saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat
belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap
memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar,
walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa. [ ]
No comments:
Post a Comment