Tuesday, November 8, 2011

Kenapa Bencana Melanda Negara Mayoritas Islam ?



Pertanyaan anda barangkali juga menjadi kegalauan bagi ummat Islam,  dengan pertanyaan yang sama.

Misteri apa dibalik semua ini ?


*Pertama:*
Allah menguji manusia dengan hal-hal yang buruk dan hal-hal  yang baik. Untuk mengukur sejauhmana kesalehan tindakannya di dunia  sebagai hamba, dan sekaligus apakah seorang hamba lulus menghadapi  ujian-ujian itu. Jika lulus ia naik derajat, dan jika tidak, ia  terdegradasi.

*Ke dua:*
Allah menyeleksi para hambaNya dari semua level dan kalangan. Mulai dari paling awam, paling elit atau pun dari kalangan biasa,  pejabat, politisi, pengusaha, ustadz, kyai, ulama, dan tukang becak.  Nilai derajat itu ditentukan, apakah sang hamba sabar dan ridlo atau  tidak. Bukan dilihat dari - apakah seorang itu semakin sukses dan  bangkrut,- bukan itu ukurannya.

*Ke tiga:*
Allah ingin mempercantik alam ini, dan tentu saja  memasukkannya dalam salon ruhaniyah melalui bencana itu, agar semesta  kelak lebih indah dan menyejukkan iman kita.

*Ke empat:*
Agar kita semua bosan dan jenuh dengan kepalsuan dunia, dan  lebih memilih Allah dan RasulNya. Karena Kecemburuan Allah pada kita,  atas Cinta dan KasihNya yang Agung kita abaikan, dengan perselingkuhan  kita pada makhluk, akhirnya Allah membentak kita dengan sesuatu yang  keras, agar kita kembali ke pelukan RahmatNya. Bentakan Allah itu  diturunkan semata karena saking cinta dan sayangNya Allah kepada kita.

*Ke lima:*
Banyaknya gelombang yang melebihi dahsyatnya Tsunami. Suatu  badai kekeringan dan kegersangan spiritual, yang menumbuhkan kehausan  dan kegersangan jiwa dari ummat Islam itu sendiri. Begitu marak  bendera-bendera Islam, slogan-slogan takbir, teriakan-teriakan
demonstran membela Islam, tetapi hati dan ruh mereka seperti terpanggang  di atas sahara kegersangannya. Lalu mereka kehilangan moral sejati,  akhlaq ruhani, kebeningan hati sebagai ummat, lebih senang bermain-main  di kawasan limbah dan kulit-kulit kering belaka.

*Ke enam:*
Jika banyak orang miskin yang tak berdosa terkena bencana,  sementara koruptor semakin berjaya, ketidakadilan semakin merajalela,  dan premanisme semakin bergaya, semata karena Allah menyayangi  hamba-hambaNya yang miskin, agar tidak terkutuk bersama-sama para  penjahat itu, para munafiqin yang mengaku sok Islam tetapi hatinya busuk  itu.

*Ke tujuh:*
Derajat ummat ditentukan sejauhmana keikhlasannya dalam  beribadah, kesabarannya dalam menghadapi cobaan, keridloaannya dalam  merespon ketentuan dari Allah Ta'ala.

*Ke delapan:*
Allah tidak pernah menzalimi hambaNya tetapi para hamba itu  sendiri yang menzalimi diri sendiri. Allah tidak pernah marah kecuali  karena didahului oleh rasa CintaNya yang Agung. Allah tidak pernah  memanipulasi para hambaNya dan tidak punya kepentingan dengan maksiat  atau taatnya hamba. Tetapi, para hamba seringkali memanipulasi Nama-Nama  BesarNya demi hawa nafsunya, simbo-simbolNya demi kepentingan kekuasaan  hamba, dan sesungguhnya para hambalah yang butuh Allah Ta'ala.

*Ke sembilan:*
Para hamba Allah di muka bumi telah banyak kehilangan rasa  kehambaannya. Mereka lebih senang menjadi hamba dunia dan nafsunya,  bahkan sangat bangga menjadi hambanya syetan. Coba anda survey di  khalayak, berapa persen ummat Islam ini yang masih memegang teguh sifat
kehambaanya: Rasa Fakir kepada Allah, Rasa hina di depan Allah, Rasa tak  berdaya di hadapanNya, Rasa lemah di depanNya? Bukankah mayoritas saat  ini malah merasa cukup dan tidak butuh Allah, merasa mulia karena  menganggap dirinya lebih Islam dan lebih dekat Allah; merasa kuat dan  berkuasa di muka bumi?

*Ke sepuluh:*
Dalam dunia Sufi, menghadapi cobaan dengan kesabaran,  diperuntukkan kalangan awam. Tetapi bersyukur atas bencana dan cobaan,  adalah sikap bagi kalangan khusus. Bersyukur terhadap nikmat adalah  sikap kaum awam, bersabar menghadapi nikmat adalah sikap kalangan khusus.

*Ke sebelas:*
Jangan dikira, bahwa kejadian-kejadian alam yang hancur itu  bukan karena ulah manusia. Akal dan pengetahuan manusia yang terbatas  beralibi: Bagaimana bencana terjadi karena ulah manusia? Bukankah ini  gejala alam murni? Bukankah ini semua bisa diprediksi? Bukankah bencana
ini karena faktor-faktor evolusi dan seterusnya? Mari kita belajar pada  tragedi Nuh as, ketika putranya Kan'an mengandalkan ilmu pengetahuan dan  rasionya, sampai ia tenggelam dalam kekufurannya. Belajar pula pada kaum  Luth, ketika ulah mereka menimbulkan bencana bumi yang tragis. Ingatlah  pula hadits Nabi saw, mengenai Qiyamat, "Bahwa kiamat tidak akan terjadi
sepanjang masih ada satu manusia yang berdzikir Allah Allah..."

*Ke duabelas:*
Bila Cahaya menerangi seluruh dunia dan seluruh ummat  manusia mengalami pencerahan semua tanpa sisa, dunia pun akan kiamat.
Begitu juga sebaliknya, jika kegelapan memenuhi jiwa manusia seluruhnya  secara total, dunia juga kiamat. Namun, hadits Nabi memberikan indikasi  bahwa fakta qiamat bagi dunia adalah ketika dunia dengan manusianya  mencapai kegelapan total. Bukan Cahaya total.

*Ke tigabelas:*
Ibadah, kepatuhan, ketaqwaan, kesalehan, dan kemuhsinan  ummat Islam, sangat mempengaruhi perjalanan kosmik semesta, karena  manusia adalah sentral dari makhluk Allah, dan sentral manusia adalah  qalbunya. Begitu juga sebaliknya, kejahatan, kebejatan, kesombongan dan  kealpaan manusia mempengaruhi tatasurya dan jagad semesta. Dalam dunia  Sufi disebutkan, bahwa aspek lahiriyah fisika itu hanyalah akibat dari  batin dan hakikat kita.

*Ke empatbelas:*
Perhitungan matematika, logika dan fisika, hanyalah  perhitungan gejala dan tanda. Ada yang lebih neukleus (inti) bahwa  perhitungan ruhani menempati posisi sentral dalam gerak gerik semesta ini.

*Ke limabelas:*
Bagaimana anda melihat bencana? Anda lihat dengan  matahati anda sendiri-sendiri: Jika anda sedang dalam gairah mencintai  Allah dan RasulNya, matahati akan memandang betapa agungnya Asma dan  SifatNya. Jika anda sedang alpa dan lalai, menuruti kepentingan nafsu  diri, itulah bentakan-bentakan Ilahi kepada anda. Jika Anda dalam  kondisi sangat miskin secara duniawi, padahal anda dekat denganNya,  itulah cara Allah menyelamatkan diri anda. Jika anda sedang
berkecukupan, tetapi harta anda menumpuk bagai sampah di peti kekayaan  anda, itulah cara Allah mengingatkan agar anda mengeluarkan  kotoran-kotoran harta anda. Jika anda sedang bercahaya bersamaNya;  itulah cara Allah menampakkan KemahasucianNya, dan caraNya  memperdengarkan tasbihnya alam kepada anda.

*Ke enambelas:*
Lihatlah dengan matahati pula, dibalik yang tampak di  semesta kehidupan ini, maka disanalah matahati menyaksikan Allah,  dibalik, dibawah, di atas, sebelum, sesudah alam semesta ini. Jika tak mampu demikian, sesungguhnya matahati anda sedang kabur dari Cahaya  Allah, karena tertupi oleh mendung-mendung duniawi dan nafsu anda, dari  Cahaya ma'rifat kepadaNya.


Marilah kita renungkan semua itu, sembari terus ber- istighfar kepada Allah. SWT ..........

No comments:

Post a Comment