Makan pagi dengan menu seimbang sudah lama dianjurkan para ahli. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 pada anak usia 4-18 tahun, Sarapan memiliki kontribusi besar dalam total asupan harian, yaitu sekitar 15%-30% kebutuhan gizi harian.
Dari data tersebut, akhirnya pencapaian gizi yang seimbang sulit dilakukan. Pasalnya, sarapan merupakan pilar penting dalam mewujudkan gizi seimbang dan penting bagi kehidupan yang sehat, aktif dan cerdas.
Namun sangat disayangkan, karena penelitian membuktikan jika 16,9%-59% anak sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia tidak sarapan. Sementara itu, 44,6% anak sekolah yang sarapan memiliki kualitas gizi sarapan dengan kualitas rendah.
Meski dianggap sepele, namun ada efek jangka panjang yang terjadi. "Bangsa ini akan menghadapi dua kegagalan apabila anak-anaknya tidak sarapan. Yang pertama, tak sarapan bisa menurunkan kemampuan berfikir dan kognitif. Selain itu, tidak sarapan juga bisa menyebabkan kegemukan," ungkap Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku Ketua Umum PERGIZI PANGAN, saat ditemui detikFood di kawasan Kebayoran Baru (28/02/2013).
Ditambahkan Hardinsyah, tidak sarapan juga berpengaruh besar terhadap prestasi anak di sekolah. "Karena tidak sarapan, asupan gizi tidak seimbang dan dapat menurunkan berpikir dan belajar anak di sekolah. Selain itu, pertumbuhan dan ketahanan fisik juga terganggu," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Karenanya, disarankan agar orang tua lebih serius soal sarapan anak. Hardinsyah menganjurkan agar tak cuma makanan, namun asupan air putih juga harus diperbanyak di pagi hari. "Makan dan minum jadi komponen utama. Selain perut kenyang, asupan air di pagi hari juga harus diperhatikan," tutupnya.
No comments:
Post a Comment