Di lingkungan kerja atau pergaulan seringkali ada satu-dua orang yang selalu ingin hasil pekerjaan timnya tak mengecewakan atau terkesan cerewet karena ingin mencapai standar yang sulit dicapai orang lain, dalam hal apapun. Tak heran orang-orang perfeksionis atau gila kesempurnaan ini tak pernah luput dari sindiran dan cemoohan orang karena sifatnya itu.
Ternyata perfeksionis bukanlah karakter yang dibuat oleh seseorang untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Karena sebuah studi mengatakan bahwa sifat ini ditentukan oleh gen dan dimiliki seseorang sejak lahir.
Tim peneliti dari Michigan State University menemukan fakta ini setelah membandingkan karakter sejumlah kembar identik dan non-identik wanita yang berusia 12-22 tahun.
Kembar identik memiliki susunan genetik yang sama persis sehingga jika ada ciri kepribadian yang muncul akibat pengaruh lingkungan (nurture) pada salah satu orang kembar maka perbedaan itu akan terlihat dengan jelas dan sebenarnya hal itu menunjukkan bahwa mereka bukanlah kembar indentik, tapi non-identik.
Kendati begitu, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Depression and Anxiety ini menemukan bahwa kembar identik memiliki kedekatan skor perfeksionisme dan kecemasan yang lebih tinggi ketimbang kembar non-identik.
Hal ini mengindikasikan bahwa perfeksionisme lebih ditentukan oleh bakat alam (nature) daripada lingkungan (nurture) dan dapat dikaitkan dengan orang tua dari orang yang bersangkutan.
Salah satu public figure yang mengaku perfeksionis adalah Gwyneth Paltrow.
"Saya memiliki sifat buruk yaitu perfeksionis. Saya kira secara tak sadar saya menonjolkannya karena hal ini datang dari keraguan pribadi dan ketidakamanan yang saya rasakan, padahal bagi saya itu ironis," ungkap Gwyneth seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (7/11/2012).
"Saya sangat tertekan karenanya padahal saya hanyalah seorang ibu, sama halnya dengan ibu-ibu lainnya yang mencoba untuk melakukan berbagai hal dalam waktu bersamaan, termasuk menjadi seorang istri dan mempertahankan hubungan dengan suami saya," tambahnya.
Ayah Gwyneth, Bruce adalah seorang produser film dan televisi, sedangkan ibunya, Blythe Danner yang bekerja sebagai aktris juga dikenal sebagai orang-orang perfeksionis dan itulah yang menyebabkan keduanya sukses.
Sama halnya dengan bintang Harry Potter, Emma Watson. Selain karirnya yang cemerlang, Emma juga berprestasi di bidang akademik dan ia pun mengaku 'perfeksionis'. Tak diragukan lagi, sifat ini didapatnya dari kedua orang tuanya yang dikenal sebagai pengacara sukses di Inggris.
"Saya bukan orang yang gampang khawatir tapi saya perfeksionis. Yang sering saya rasakan itu saya tak memberikan hasil terbaik pada pekerjaan yang sebenarnya bisa saya lakukan. Saya selalu bisa menemukan ada sesuatu yang salah dari pekerjaan saya, sesuatu yang bisa saya lakukan lebih baik. Orangtua saya juga mengatakan saya selalu melihat ke depan, memikirkan apa yang ada di hadapan saya nanti," terangnya.
Tak beda jauh dengan petenis asal AS, Andy Murray yang dikenal berdedikasi tinggi terhadap kesempurnaan. Namun hal itulah yang membantunya memenangkan berbagai turnamen seperti US Open dan medali emas olimpiade selain determinasi ibunya, Judy.
Selain karena ibu Andy adalah mantan pemain dan pelatih tenis profesional, hingga kini Judy pun masih menyeterika sendiri kaos-kaos yang akan dikenakan Andy dalam turnamen, bahkan sesekali terbang langsung ke lokasi pertandingan Andy untuk memilihkan putranya sepatu yang pas dipakai dalam pertandingan hari itu.
Menanggapi temuan ini, ketua tim peneliti studi, Dr. Jason Moser mengatakan, "Kami menemukan ada komponen genetik yang kuat di balik perfeksionisme, begitu juga antara perfeksionisme dengan tingkat kecemasan orang yang memiliki sifat itu. Bahkan ada kontribusi khusus yang signifikan dari lingkungan dari luar rumah si perfeksionis. Tapi anehnya kami tak menemukan bukti bahwa lingkungan rumah sendiri ada kaitannya dengan sifat itu."
No comments:
Post a Comment