Penyakit-penyakit hati lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakit-penyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia annya di dunia dan di akhirat; dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan abadi.
"It is necessary to help others, not only in our prayers, but in our daily lives. If we find we cannot help others, the least we can do is to desist from harming them."
Monday, October 31, 2011
Sunday, October 30, 2011
Lihatlah dengan mata HATI
Seorang guru yang sangat dihormati dan terkenal didatangi oleh seorang muridnya pada satu hari di rumahnya. Murid itu keheiranan melihat keadaan rumah gurunya dan cara gurunya berpakaian. Semuanya kelihatan serba sederhana dan tidak menunjukkan ciri-ciri rumah dan cara berpakaian orang yang terkenal.
Tanya Jawab Murid & Mursyid
Saturday, October 29, 2011
Makna Al Islam (Imam An-Nifari)
Allah berseru kepada hamba-Nya:
“Hendaklah engkau menyerah kepada-KU dengan sepenuh hatimu, dan menyerah kepada perantara-perantara dengan tubuhmu, supaya engkau bersama-KU dengan kemauan kerasmu, dan bersama selain-KU dengan akal budimu.
Maka engkau senantiasa menghimpun kemauan kerasmu atas-KU, tiada bagian bagi selain-KU terhadap dirimu melainkan hanya kehadiranmu bersamanya, dengan akal budimu saja.Maka janganlah engkau bersuka ria atas karunia yang dianugerahkan-Nya kepadamu, dan jangan mudah marah kepada orang yang menyakiti hatimu. Jangan pula bermegah karena kejayaanmu, dan menepuk dada menyombongkan ilmu pengetahuanmu.Waspadalah, jangan tertipu oleh karunia-Ku, dan jangan putus harapanmu karena ujian-Ku, dan jangan jinak bermanja-manja dengan sesuatu selain-Ku.Laksanakanlah apa yang menjadi perintah-Ku tanpa menoleh ke belakang, maka jika demikian halmu sama dengan malaikat-KU yang berkemauan teguh.Bila engkau berlengah-lengah menanti perintah-KU—sedangkan engkau sudah mengetahui—, maka jika demikian engkau terang-terangan menentang perintah-KU.”
Tauhid (Imam An-Niffari)
Allah swt berseru kepada hamba-Nya:
Wahai hamba ! Engkau tidak memiliki sesuatu pun, kecuali apa-apa yang telah AKU kehendaki untuk menjadi milikmu. Tidak juga engkau memiliki dirimu sendiri, karena AKU-lah Penciptanya! Tidak pula engkau sekedar memiliki jasadmu, karena AKU Sang Pembentuknya ! Hanya dengan Pertolongan-KU engkau dapat berdiri, dan dengan Kalimat-KU engkau hadir di dunia ini.
Friday, October 28, 2011
Thursday, October 27, 2011
Hati Sebagai Perangkat Mengenal Pengetahuan yang Haq dan Hikmah
Wednesday, October 26, 2011
TABIR INDAH DARI ALLAH
"Andaikata tidak ada tabir indah dari Allah (yang menjadi ampunan-Nya dari Allah), tentu tidak ada amal yang patut diterima".
Manusia merasa bangga dengan dirinya, karena telah bisa beramal. Ia merasa apa yang sudah dikerjakannya merupakan adalah sesuatu yang hebat baginya, lalim ia menjadi riya' yang ia pamerkan kepada manusia. Perbuatan seperti ini termasuk syirik khafi yang bertentangan dengan ikhlas hakiki. Sedangkan ikhlas itu menjadi syarat diterimanya amal badah. Tanpa niat ikhlas amal ibadah akan menjadi perbuatan manusia munafik, amal yang sia-sia.
Adapun amal ibadah yang diterima ialah amal ibadah yang dikerjakan semata-mata karena Allah Ta'ala. Namun demikian Allah Ta'ala yang Maha Rahman menutupi kekurangan manusia dalam ibadah, seperti kurang ikhlas, ujub dan lain sebagainya, sehingga amal si hamba menjadi amal yang diperhitungkan oleh Allah Ta'ala, dan semata-mata menunggu karunia Allah; diterima atau di tolak. Dengan bebasnya manusia dari perbuatan yang tidak ikhlas, dan tertutupnya ia dari pemberian Allah, maka si hamba akan mengembalikan semua amal ibadahnya, dan membiarkan Allah sajalah yang akan menilai amal perbuatan para hamba.
Abu Abdullah Al Qurasyi berkata,
"Jika Allah Ta'ala meminta agar mereka ikhlas, maka akan hilanglah amal perbuatan mereka. Apabila amal perbuatan itu lenyap, baru mereka akan berhajat kepada Allah, maka merekapun akan membebaskan diri dari bergantung kepada sesuatu yang lain, dan kembali kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas."sajalah yang akan menilai amal perbuatan para hamba.
Tuesday, October 25, 2011
Sibuk Hitung Pahala, Malah Lupa Beribadah
Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali pernah mengingatkan, orang yang tertipu di akhirat kelak adalah orang yang jika berbuat baik, dia berkata, “Akan diterima amal kebaikanku”. Jika berbuat maksiat, dia berkata:”Akan diampuni dosaku.” (Ihya Ulmuddin).
Saat beribadah, kerap kita didatangi perasaan, “Telah banyak ibadah yang saya kerjakan”, atau pertanyaan, “Berapa rupiah uang yang sudah saya sedekahkan”. Bahkan sering juga hati bergumam, “Kiranya semua dosa-dosaku pasti telah diampuni, karena aku shalat sunnah sekian kali setiap hati”.
Perasaan, angan-angan dan pertanyaan seperti tersebut di atas bisa merusak amal perbuatan. Bahkan bisa berakibat meremehkan (tahawun) perbuatan dosa.
Sehingga, ibadahnya bisa menjadi sia-sia. Sebab, semangat ibadahnya bukan lagi karena takwa kepada Allah SWT, tapi ingin jadi kaya atau ingin disebut ahli ibadah.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW di atas, orang seperti tersebut di atas disebut rakus. Beribadah banyak tanpa disertai pengetahuan ancaman-ancaman Allah SWT dalam al-Qur’an. Ancaman-Nya dianggap lalu saja.
Rasulullah SAW member gambaran: “Sesungguhnya orang mukmin itu memandang dosa-dosanya seperti orang yang berdiri di bawah gunung, yang mana dia (senantiasa) rasa takut yang gunung itu nanti akan menghimpitnya,dan orang yang keji pula memandang dosa-dosa mereka seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, yang berkata : dengan hanya begini sahaja (iaitu dengan hanya ditepis dengan tangan sahaja) maka dengan mudah sahaja lalat itu terbang. “ (HR. Bukhari Muslim)
Imam al-Ghazali mengingatkan, meremehkan dosa dan over confident terhadap amal perbuatannya adalah sangat berbahaya. Sebab katanya, orang yang sibuk menghitung-hitung pahala biasanya lupa terhadap banyaknya dosa.
Orang seperti ini akan mendapatkan kekecewaan di akhirat. Ketika di dunia ia lupa mengkalkulasi berapa banyak dosa yang telah dilakukan, sehingga dosa-dosanya lupa dimintakan ampun kepada Allah SWT. Ia hanya sibuk mengkalkulasi jumlah shalat, zakat, puasa dan sedekah yang dilakukan.
Ia tidak mengetahui seberapa besar kalkulasi pahalanya jika dibanding dosanya. Maka, saat di akhirat ia menyangka membawa pahala, padahal pahalanya berguguran sementara dosanya menumpuk. Inilah fenomena yang disinyalir akan banyak terjadi pada akhir zaman.
Maka dalam beribadah kita mesti memiliki pengetahuan seimbang antara kabar baik dan ancaman Allah SWT. Ancaman-ancaman Allah yang tersebut dalam al-Qur’an harus menjadi perhatian kita, agar tidak terjebak di dalamnya. Sementara orang yang hanya berfokus pada jumlah pahala (kabar baik) disebut sebagai jahil. Tidak mengetahui bahwa setiap harinya diawasi oleh Malaikat Raqib dan ‘Atid yang mencatat kebaikan dan keburukan.
Kita pun terkadang terlalu ‘asyik’ melafalkan huruf demi huruf al-Qur’an, tapi lupa isi dan pelajaran di baliknya. ‘Keasyikan’ itu menimbulkan kebanggaan hati, bahwa ia telah melakukan amal baik – yaitu membaca al-Qur’an sebanyak-banyaknya.
Pernahkan terbesit di dalam hati kita kata-kata ini: “Alhamdulillah, sudah sekian kali al-Qur’an telah aku khatamkan. Pasti aku masuk surga”.
Ini kata-kata yang menipu. Memastikan diri ini cukup berbahaya. Bisa menimbulkan ‘ujub, bahkan melalaikan dosa.
Fenomena ini pernah terjadi pada masa umat nabi Musa a.s, seperti tertulis dalam al-Qur’an: “...Maka datanglah sesudah mereka, yaitu generasi yang mewarisi Taurat, yang menghambil harta benda dunia yang rendah ini, seraya berkata: ‘Kami akan diberi ampunan oleh Allah.’” (QS. Al-A’raf: 169). Generasi tersebut, berbuat dosa akan tetapi merasa mereka diampuni oleh Allah.
Imam al-Ghazali menjelaskan : “Jika kita terlena menghitung pahala tetapi dosa-dosa dilupakan. Maka kita menjadi orang tertipu terhadap amal kita sendiri. Pada hari penghitungan amal, kita akan terkejut. Sebab ternyata timbangan amal lebih berat daripada pahala yang kita sangka-sangka telah menumpuk.”
Maka, jangan kita tertipu oleh perasaan diri kita sendiri. Yang perlu kita lakukan, bukan asyik mengkalkulasi pundi-pundi pahala. Setelah beramal, biarlah kita serahkan kepada-Nya. Allah SWT Maha Bijaksana, Dia yang mengatur pahala kita secara adil. Jangan pula buru-buru mengatakan “Saya telah ikhlas!”. Biasanya orang yang terang-terangan berkata demikian justru sebaliknya, tidak ikhlas, sebab membawa perasaan ‘ujub di hatinya.
Agar tidak terjebak, kita harus mengkalkulasi dosa yang telah kita perbuat. Sempatkanlah satu waktu dalam sehari untuk menghitung, berapa kali dosa yang telah kita perbuat sehari ini. Jika tidak ada kalkulasi dosa, kita akan terus merasa tidak pernah berbuat dosa.
Allah SWT berfirman: “Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan ‘Atid.” (QS. Qaaf: 18). Perasaan selalu diawas ini akan menjadikan kita orang yang selalu berhati-hati dalam beribadah. Tidak asal ibadah, tapi tahu ilmu tentang ibadah.
Kita boleh saja memikirkan pahala-pahala dari ibadah, akan tetapi hal itu jangan sampai membuat kita terlena dengan keutamaan-keutamaannya (fadlilah). Keutamaan ini menjadi penyemangat kita bukan memperlemah. Mengetahui keutamaan ibadah sekaligus memahami akibat dari melakukan dosa. Inilah keseimbangan yang perlu dijaga dalam beribadah.
Sunday, October 23, 2011
Friday, October 21, 2011
JENUH
“Ketika Allah mengetahui bahwa kalian mudah jemu, maka Allah Ta’ala mengadakan beragam ketaatan yang dapat kalian laksanakan. Allah Ta’ala mengetahui bahwasanya kalian bersifat tamak, maka Dia pun melarang ketaatan yang biasa kalian kerjakan itu pada sebagian waktu, supaya ada pada kalian semangat di waktu mendirikan shalat, bukan hanya sekadar shalat, karena tidak setiap orang yang shalat itu men-DIRI-kan shalat itu. “
Thursday, October 20, 2011
Wednesday, October 19, 2011
Al Jamil, Yang Maha Indah
Nama Allah Ta’ala yang maha mulia ini disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقالُ ذرة من كبر)). قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً. قال: ((إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس)) رواه مسلم.
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu”. Ada seorang yang bertanya: Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullahshallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”[1].
Saturday, October 15, 2011
Cinta dan Keakraban Ilahi
Sunday, October 9, 2011
Siapa Yang Tidak Memerlukan Pembimbing (Mursyid)?
Dalam Futhuh al Ghaib, Syekh Abdul Qadir al Jailani menulis syair berikut :
Jika takdir membantumu atau kala menuntunmu
kepada Syekh yang jujur dan ahli hakikat
maka bergurulah dengan rela dan ikutilah kehendaknya
Tinggalkan apa yang sebelumnya engkau lakukan
Sebab menentang berarti melawan
Dalam kisah Khidir yang mulia terdapat cakupan
Dengan membunuh seorang anak dan Musa mendebatnya
Tatkala cahaya subuh telah menyingkap kegelapan malam
Dan seseorang dapat menghunus pedangnya
Maka Musa pun meminta maaf
Demikian keindahan di dalam ilmu kaum sufi
Saturday, October 8, 2011
Rahasia Huruf Al-Quran
Rahasia huruf yang terkandung dalam Alquran, secara tegas Rasulullah tidak pernah menjelaskan rahasia ini. Hanya saja beliau mengisyaratkan bahwa di dalam Alquran itu jika diringkas, inti Alquran itu adanya dalam surat Al Fatihah sehingga disebut ummul qur’an, … kemudian oleh ulama sufi di kembangkan menjadi suatu ilmu dalam mencari hakikat huruf atau firman ….
Friday, October 7, 2011
Getaran Gelombang Hati
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”( QS. Al Anfaal 8:2 )“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (QS. Az-Zumar 39:22 )“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” ( QS. Az-Zumar 39:23 )
Kuantum Energi Baitullah
Dalam bahasa ilmu Tasawuf, Kiblat kita itu ada 4 yaitu :
- Ka’bah (syariat),
- Qalbu (Thariqat),
- Mursyid (hakikat) dan
- Allah SWT (makrifat).
Kuantum Energi Baitullah adalah Sinergi antara Baitullah di Alam Makrokosmos yaitu Ka’bah dan Baitullah di Alam Mikrokosmos yaitu Qalbu.
Apakah Baitullah itu ? Baitullah itu artinya adalah rumah ALLAH. Di manakah Baitullah yang kita kenal … ? Baitullah yang kita kenal itu adalah Ka’bah, yang ada di mesjidil Haram. Kalau begitu artinya, Baitullah itu jauh. Bukankah ALLAH mengatakan dalam Al-Quran, bahwa ALLAH itu dekat, bahkan lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu,…….. tapi kenapa mengatakan bahwa rumah-NYA jauh.. ? Kalau ALLAH dekat kepadamu melebihi dekatnya urat lehermu, harusnya rumah-NYA pun dekat bersamamu. Bagaimana menurutmu..?
ALLAH telah berfirman dalam hadits qudsi,
“Qalbul mukmin Baitullah.”
“Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.”
“Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang "(HR Abu Dawud ).
Berarti rumah ALLAH itu ada dua. Ada yang jauh dan ada yang dekat. Ada yang simbolik dan ada yang sebenarnya. Ada yang syariat dan ada yang hakikat. Kita akan merasakan betapa nikmatnya berkunjung ke Baitullah yang di Makkah, apabila kita telah dapat berkunjung ke Baitullah yang sebenarnya yang ada pada diri kita. Kita akan merasakan nikmatnya berkunjung ke Baitullah yang Syari’at apabila telah pernah berkunjung ke Baitullah yang hakikat.
Dan adalah sebuah karunia yang besar bila kita dimampukan oleh Allah untuk dapat berkunjung kepada kedua Rumah Allah tersebut. Sinergi antara dua baitullah inilah yang insya Allah nantinya akan menciptakan sebuah Energi Resultante berupa Lompatan Quantum Energi SULTHONAN NASHIROH yang sangat besar. Keseimbangan yang harmonis antara energi makrokosmos dengan energi mikrokosmos ini akan membuat Seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrowi kita. Sedangkan energi Resultantnya akan memberikan kekuatan yang di sebut “ENERGI SULTHONAN NASHIROH” yang akan memampukan kita untuk menembus batasan-batasan langit yang selama ini membatasi jangkauan pandangan bathiniah kita. Terbukalah sebuah cakrawala baru yang lebih indah dan luas terbentang di depan mata bathin kita, yang akan mengantarkan kita untuk lebih mudah dalam mencapai kesuksesan abadi yaitu sukses di dunia dan sukses di akhirat.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”( QS. Ar Rahmaan : 33 )
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
“Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong(سُلْطَاناً نَّصِيراً )“( QS. Al Israa’ : 80)
Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”.
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”.
Ternyata Syaikh Abu Yazid masih saja tenang, bahkan patuh dan menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Selanjutnya sang sufi itu mengungkapkan: “Wahai Abu Yazid, hatiku adalah rumah Allah, dan ka’bah juga rumah Allah. Hanya saja perbedaan antara ka’bah dan hatiku adalah, bahwasanya Allah tidak pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya, sedangkan Ia tidak pernah keluar dari hatiku sejak dibangun oleh-Nya”.
Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, dan sang sufi itupun mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata: “Sudahlah, lanjutkan saja perjalanan muliamu menuju ka’bah” perintahnya.
Syaikh Abu Yazid al-Busthami adalah seorang wali super agung yang sangat tidak asing lagi di hati para penimba ilmu tasawuf, khususnya tasawuf falsafi. Beliau wafat sekitar tahun 261 H. Sedangkan Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi (yang meriwayatkan kisah di atas) adalah juga seorang wali besar (wafat tahun 645 H.) yang telah banyak menganugerahkan inspirasi dan motivasi spiritual kepada seorang wali hebat sekaliber Syaikh Jalaluddin ar-Rumi, penggagas Tarekat Maulawiyah (wafat tahun 672 H.).
PUSARAN ENERGI KA’BAH
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya.” (QS. Al-An’am: 92)
Dalam ayat lain, yakni pada Surat asy-Syura ayat 7, Allah juga menyebut Makkah dengan Ummul Qura, dan negeri-negeri lain dengan “negeri-negeri di sekelilingnya”.
Mengapa Allah menyebut Makkah sebagai Ummul Qura (induk kota-kota)? Mengapa Allah menyebut daerah selain Makkah dengan kalimat “negeri-negeri di sekelilingnya”?
Dipastikan melalui berbagai penemuan mutakhir di abad ini bahwa hal itu terkait dengan pusat bumi dan hal-hal yang mengelilinginya. Kata “Ummul Qura’” berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, sementara yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.
Sebagaimana seorang ibu yang menjadi sumber keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata “ibu” memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain. Karena Makkah juga disebut Bakkah, tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu, terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.
Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar dan membentuk “bukit”. Bukit inilah yang kemudian menjadi tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran ini. Adakah hadits nabi yang menunjukkan fakta mengejutkan ini? Jawabannya adalah “ya!” Nabi bersabda, “Ka’bah itu seperti tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas.”
Menjadi tempat yang pertama diciptakan menambah sisi spiritual tempat tersebut. Allah telah memuliakan Makkah saat Dia menjadikannya sebagai pusat ibadah umat Islam, terutama ibadah haji. Allah juga berkehendak menjadikan rumah yang digunakan untuk menyembah-Nya terletak di Makkah, sebagai kota tujuan umat muslim dalam haji dan umrah.
Ketika seseorang beribadah Haji, salah satu cita-citanya adalah berdoa di Multazam. Ini adalah tempat yang paling Mustajab untuk berdoa kepada Allah. Mulatzam adalah suatu tempat di dekat Ka’bah, antara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah. Konon berdoa di sini gampang dikabulkan oleh Allah. Dan bisa dipastikan semua orang yang bertawaf menyempatkan diri berdoa di Multazam ini. Adakah rahasia yang bisa dijelaskan? Kenapa berdoa di tempat ini begitu Mustajab?
Bapak AGUS MUSTOFA, di dalam bukunya yaitu Serial Diskusi Tasawwuf Moderen yang berjudulPUSARAN ENERGI KA’BAH berpendapat bahwa ada 3 faktor yang menyebabkan Multazam menjadi tempat yang Mustajab.
Hal ini akan dicoba ditelaah secara ilmiah, walaupun ada keterbatasan ilmu dan nalar.manusia
Faktor-faktor penyebab Multazam menjadi tempat yang mustajab :
1. Faktor Nabi Ibrahim
2. Faktor Hajar Aswad
3. Faktor jutaan manusia yang berthawaf mengitari Ka'bah
FAKTOR NABI IBRAHIM.
Nabi Ibrahim adalah orang yang membangun Ka'bah bersama Nabi Ismail.Nabi Ibrahim adalah hamba yang berhati lembut. Dalam bahasa lain dikatakan bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan aura yang positif. Semakin lembut dan iklas seseorang, maka pancaran auranya akan semakin kuat dan bisa meresonansi (baca : mempengaruhi) lingkungan sekitarnya. Bila kita dekat dengan orang yang saleh, maka hidup dan hati kita akan tenteram.
Nabi Ibrahim adalah Rasul dengan kualitas kepasrahan dan keikhlasan yang sangat tinggi, sehingga oleh Allah beliau dijadikan teladan untuk umat manusia. Hal ini dibuktikan ketika beliau diperintahkan Nya untuk mengorbankan anaknya. Semua itu dijalani dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan.
Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi. (QS. Shaad 38 : 45)
Dengan tingkat kepasrahan dan keikhlasan seperti ini, Nabi Ibrahim mempunyai pancaran energi yang luar biasa besarnya. Manusia dan lingkungan yang pernah menjadi lokasi aktifitas beliau akan teresonansi oleh energi beliau. Apalagi karya-karya yang lahir langsung dari tangan beliau – dengan bantuan Allah tentu saja
Ka'bah adalah karya Nabi Ibrahim. Maka, di dalam Ka'bah ini – dengan izin Allah- tersimpan energi Nabi Ibrahim yang sangat besar. Apalagi Ka'bah menjadi tempat aktifitas beribadah selama bertahun-tahun, maka Ka'bah menyimpan energi yang positif.
Secara Logika diibaratkan dengan batang besi yang digosok-gosokkan oleh magnet. Jika batang besi tersebut digosok-gosok magnet, maka batang besi biasa itu akan berubah menjadi magnet juga. Meskipun kemagnetan bisa hilang, namun kalau digosok berulang-ulang selama kurun waktu yang panjang maka besi biasa itu bisa menjadi magnet permanen.
Dekat dengan Kab'ah serasa dekat dengan Nabi Ibrahim. Kita merasakan ketenangan, kedamaian dan kelembutan, persis seperti sifat Nabi Ibrahim. Maka berdo'a di dekat Ka'bah akan membantu kita untuk khusyuk dan hati menjadi tenang dan fokus pada saat berdo'a. Hilang semua kesombongan dan keangkuhan, sehingga do'a kita menjadi didengar oleh Allah.
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al A'raaf 7 : 55)
FAKTOR HAJAR ASWAD.
Hajar Aswad adalah Batu Hitam yang –konon- jatuh dari langit (kemungkinan besar meteor) yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi.
Hajar Aswad dijadikan sebagai salah satu bagian dari batu fondasi Ka'bah oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail mendapat perintah dari Allah untuk meninggikan fondasi Ka'bah yang sampai kini menjadi pusat peribadatan umat Islam.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):
"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs. Al Baqarah 2 : 127).
Energi yang dipancarkan oleh Nabi Ibrahim sepanjang interaksinya pada waktu itu tersimpan dalam sistem bangunan Ka'bah. Apalagi seusai membangun Ka'bah itu beliau berdua (Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) berdo'a memohon agar ibadah dan do'a mereka diterima seperti ayat di atas. Hajar Aswad berfungsi sebagai semacam pintu masuk dan keluarnya energi Ka'bah karena memiliki daya hantaran elektromagnetik yang sangat tinggi. Energi Ka'bah mengalir deras di bagian ini meliputi orang disekitarnya. Karena itu orang yang berada paling dekat dengan Hajar Aswad (disitulah letaknya Multazam) itulah yang mengalami pengaruh paling besar karena getaran gelombang doanya berinteraksi dengan sistem energi Ka'bah.
Hal ini dibuktikan saat ada petir yang secara tiba-tiba menyambar Ka'bah pada tahun 1995. Anehnya, petir itu tidak menyambar pengkal petir di gedung-gedung tinggi di sekitar Masjidil Haram, melainkan menyambar Ka'bah. Secara ilmu fisika hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya konduktivitas Hajar Aswad dibandingkan dengan Platina yang berada di ujung penangkal petir di gedung-gedung tinggi tersebut. Dalam keadaan biasa, petir seharusnya menyambar benda tertinggi dari permukaan tanah
FAKTOR ORANG BER-THAWAF
Sesungguhnya setiap perbuatan manusia menghasilkan gelombang eleltromagnetik. Gelombang ini memancar ketika kita sedang berpikir maupun sedang melakukan aktifitas fisik.
Hal ini terjadi karena tubuh manusia merupakan kumpulan bio elektron yang berputar-putar di setiap atom penyusun tubuh kita. Ketika sedang berbicara, sebenarnya kita sedang memancarkan gelombang suara yang berasal dari getaran pita suara kita. Begitu pula, saat kita melakukan sesuatu, artinya kita sedang memantulkan gelombang cahaya ke berbagai penjuru. Jika tertangkap mata seseorang, gerakan atau perbuatan kita bisa dilihat olehnya.
Bila kita sedang berpikir maka otak kita juga memancarkan gelombang-gelombang yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat perekam otak yang disebut EEG (Electric Encephalo Graph).
Jadi, setiap aktifitas kita selalu memancarkan energi.
Dalam Ilmu Fisika, kita mengenal Kaidah Tangan Kanan, yang berbunyi : Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka pada konduktor itu akan muncul medan gelombang elekromagnetik yang mengarah ke atas.
Ketika jutaan orang ber-thawaf mengelilingi Ka'bah, hal ini akan seperti ada arus listrik yang sangat besar berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari Ka'bah. Kenapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan tubuh manusia mengandung bio elektron. Ini disebabkan karena Ka'bah, khususnya Hajar Aswad telah berfungsi sebagai konduktor seperti dalam teori Kaidah Tangan Kanan. Bukan konduktor, tapi super konduktor !!
Gelombang tersebut akan membantu kekuatan do'a orang-orang yang bermunajat di sekitar Ka'bah, khususnya yang berada di dekat Hajar Aswad.
KA’BAH SEBAGAI KIBLAT SHALAT.
Orang yang melakukan Sholat di seluruh dunia memancarkan energi yang positif. Apalagi mereka semua selalu berkiblat ke Ka’bah. Sholat kita mengikuti pergerakan matahari, artinya, setiap saat sesuai dengan gerakan matahari itu selalu ada yang sholat. Jika sekarang kita sholat Dhuhur, maka sesaat kemudian, orang islam yang berada lebih ke barat dibandingkan Indonesia akan melakukan sholat Dhuhur. Demikian pula beberapa saat kemudian, wilayah yang lebh ke barat lagi akan memasuki waktu dhuhur, dan seterusnya. Setiap saat selalu ada orang yang sedang sholat menghadap ke Ka’bah dimanapun dia, atau sholat apapun dia. Akibatnya, ada sebuah resonansi energial antara orang yang sedang sholat dan ka’bah, yang disebut dengan medan elektromagnetik. Setiap saat. Jadi bisa Anda bayangkan betapa besarnya energi yang terpancar dari ka’bah akibat berbagai aktifitas di atas. Yaitu, energi-energi yang disebabkan oleh factor Ibrahim, Faktor orang yang berthawaf, Faktor Hajar Aswad, dan Faktor oranng-orang yang melakukan Sholat.
Wallahu a’lam bish-shawab
Thursday, October 6, 2011
Basmalah dan Keutamaannya
Basmalah, merupakan bacaan (dzikir) yang kerap kali kita lantunkan. Basmalah adalah istilah dari penyebutan Bismillah, seperti hamdalah istilah dari Al Hamdulillah dan hauqalah istilah dari lahaula wala quwwata illa billah. Ia merupakan penggalan salah satu ayat dalam surat An Naml dan sebagai ayat pertama yang membuka surat Al Fatihah. Lebih dari itu, basmalah sebagai pembuka dari seluruh surat-surat Al Qur’an kecuali surat At Taubah (Al Bara’ah), namun bukan bagian dari surat-surat tersebut kecuali pada surat Al Fatihah. Membacanya pun akan mendapat balasan (pahala) sebagaimana pahala membaca ayat-ayat yang lain dalam Al Qur’an. Setiap hurufnya Allah subhanahu wata’ala memberi pahala satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku (Nabi Muhammad) tidaklah mengatakan Alif Laam Miim adalah satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (H.R. At Tirmidzi no. 2910, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Hakikat Basmalah
Wednesday, October 5, 2011
Tuesday, October 4, 2011
OKSIGEN
Salah satu kunci agar kita bisa semakin bertakwa kepada Allah SWT adalah dengan caramerenungkan dan memikir-mikir nikmat-nikmat Allah SWT, khususnya nikmat-nikmat yang sering terlupakan. Memang kita tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat Allah, sebagaimana ditegaskan Allah dalah surah Ibrahim ayat 34:
...و إن تعدوا نعمة الله لا تحصوها..... (إبراهيم: 34)
Jika kalian menghitung nikmat Allah maka niscaya kalian tidak akan bisa menghitungnya.
Monday, October 3, 2011
Tidak Melebihi Kemampuan
Allah menguji setiap manusia dengan ujian yang beragam jenis. Akan tetapi, Dia tak pernah membebani seseorang melebihi apa yang ia mampu. Ini adalah janji Allah,
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al A'raaf, 7: 42
Saturday, October 1, 2011
Tertundanya Kematian
Subscribe to:
Posts (Atom)