Keinginan kamu untuk mengonsentrasikan diri beribadah kepada Allah Ta’ala dan melepaskan diri dari segala usaha, pekerjaan, dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang syara’, bahkan tidak pula makruh, merupakan bagian dari syahwat yang tersembunyi.
Allah Ta’ala yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata , maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusia pun di dunia kecuali ia berada dalam pengaturan-Nya, walaupun ia kafir.
Walaupun kamu mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Ta’ala , akan tetapi kamu juga harus tetap berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Allah Ta’ala telah menentukan bahwa rezeki itu tidak datang dengan sendirinya akan tetapi harus di cari dan di usahakan. Jika pekerjaan kamu hanya di masjid maka tidak ada rezeki yang menghampirimu. Hal ini sesuai dengan dengan perkataan Sayyidina Umar bin Khatab RA, “Sesungguhnya langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”
Keinginan seorang hamba yang menyelisihi ketentuan Allah Ta’ala dalam syari’at-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali menjalankan sesuatu yang telah di tetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apapun. Semua kekuatan dan kekuasaan itu semata hanya kepunyaan Allah Ta’ala. Janganlah sampai kesombongan merasuk kedalam diri sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan terhadap sang Khaliq. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam aqidah yang harus dibuang jauh-jauh.
Dalam setiap ketentuan-Nya, pasti ada hikmah dan faedah yang sebagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia, sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri didalamnya sehingga lalai beribadah dalam menyembah Allah Ta’ala itu merupakan bentuk keterpurukan dari semangat yang tinggi. Di zaman sekarang dikenal dengan istilah workaholic, bekerja terus menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja maka ia akan sakit.
Tindakan seperti ini juga tidak di izinkan oleh syari’at. Bagaimana mungkin kamu melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Sang Khaliq telah mengatur kamu untuk melarutkan diri dalam beribadah kepada-Nya (apabila telah tiba waktunya?). Hal ini agar kamu bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya dan merasakan kenikmatan dihadapan-Nya.
Ketika kamu lalai dalam menyembah Allah Ta’ala dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka kamu telah terperosok kedalam jurang kehinaan. Kamu telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada Allah Ta’ala dan mengharap keridhoan-Nya.
Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan sesuatu yang diharapkan oleh Sang Penciptanya. Jikalau Allah Ta’ala menginginkannya untuk beribadah maka ia akan beribadah, dan jikalau Allah Ta’ala menginginkannya untuk bekerja dan berusaha maka ia akan mengerjakannya.
Allah Ta’ala yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata , maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusia pun di dunia kecuali ia berada dalam pengaturan-Nya, walaupun ia kafir.
Walaupun kamu mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Ta’ala , akan tetapi kamu juga harus tetap berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Allah Ta’ala telah menentukan bahwa rezeki itu tidak datang dengan sendirinya akan tetapi harus di cari dan di usahakan. Jika pekerjaan kamu hanya di masjid maka tidak ada rezeki yang menghampirimu. Hal ini sesuai dengan dengan perkataan Sayyidina Umar bin Khatab RA, “Sesungguhnya langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”
Keinginan seorang hamba yang menyelisihi ketentuan Allah Ta’ala dalam syari’at-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali menjalankan sesuatu yang telah di tetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apapun. Semua kekuatan dan kekuasaan itu semata hanya kepunyaan Allah Ta’ala. Janganlah sampai kesombongan merasuk kedalam diri sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan terhadap sang Khaliq. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam aqidah yang harus dibuang jauh-jauh.
Dalam setiap ketentuan-Nya, pasti ada hikmah dan faedah yang sebagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia, sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri didalamnya sehingga lalai beribadah dalam menyembah Allah Ta’ala itu merupakan bentuk keterpurukan dari semangat yang tinggi. Di zaman sekarang dikenal dengan istilah workaholic, bekerja terus menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja maka ia akan sakit.
Tindakan seperti ini juga tidak di izinkan oleh syari’at. Bagaimana mungkin kamu melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Sang Khaliq telah mengatur kamu untuk melarutkan diri dalam beribadah kepada-Nya (apabila telah tiba waktunya?). Hal ini agar kamu bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya dan merasakan kenikmatan dihadapan-Nya.
Ketika kamu lalai dalam menyembah Allah Ta’ala dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka kamu telah terperosok kedalam jurang kehinaan. Kamu telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada Allah Ta’ala dan mengharap keridhoan-Nya.
Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan sesuatu yang diharapkan oleh Sang Penciptanya. Jikalau Allah Ta’ala menginginkannya untuk beribadah maka ia akan beribadah, dan jikalau Allah Ta’ala menginginkannya untuk bekerja dan berusaha maka ia akan mengerjakannya.
Kita adalah seorang hamba, dan seorang hamba tentu harus rela terhadap segala ketentuan yang di tetapkan oleh Tuannya. Jikalau Tuannya menetapkan untuk beribadah, maka seorang hamba harus mengerjakannya, dan jikalau Tuannya menetapkan untuk berusaha maka ia juga harus mengerjakannya sepenuh hati.
Keinginan untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah Ta’ala, padahal Dia telah menetapkan agar berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha, padahal Dia telah menetapkan untuk berkonsentrasi beribadah, merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi.
Keinginan untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah Ta’ala, padahal Dia telah menetapkan agar berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha, padahal Dia telah menetapkan untuk berkonsentrasi beribadah, merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi.
No comments:
Post a Comment