VIVAnews - Sofware antivirus palsu yang menipu pengguna sehingga mereka percaya bahwa PC mereka terinfeksi virus kini mencapai 15 persen dari seluruh software berbahaya yang hadir di Internet. Kondisi tersebut diungkapkan Google, raksasa mesin pencari di dunia maya.
Menurut laporan terakhir yang disusun Google, antivirus palsu juga menguasai 50 persen dari seluruh malware yang diantarkan lewat iklan. “Antivirus palsu merupakan tren serangan yang berkembang sangat pesat,” kata Google, seperti dikutip dari PC Advisor, 5 Mei 2010.
Seperti diketahui, tugas antivirus palsu adalah meyakinkan pengguna PC bahwa komputer mereka mengandung virus. Pengguna disarankan untuk membayar sejumlah uang dan menginstal software untuk menghapus ancaman tersebut.
Antivirus palsu juga mencegah program lain untuk dijalankan, termasuk software pengamanan yang sudah ada di PC pengguna. Ini sering memaksa pengguna menjadi tidak punya pilihan lain selain membayar untuk membersihkan “virus” yang ada di komputernya.
Sayangnya, setelah pengguna membayar, tak hanya uangnya saja yang diambil penjahat dunia maya. Informasi kartu kredit mereka juga ikut dibawa pergi.
Menurut Google, jumlah hosting domain software antivirus palsu meningkat pada 2009 lalu. Di akhir 2009 terdapat 587 domain yang menyimpan aplikasi jahat tersebut. Padahal, di awal tahun hanya tersedia 93 buah.
“Berhubung pengguna semakin memahami soal pentingnya mengamankan komputer, penyerang juga mengimbanginya dengan menjalankan teknik social engineering untuk mendistribusikan software antivirus palsu,” kata Google.
“Domain antivirus palsu sering menyasar situs-situs populer. Facebook, New York Times, dan Twitter telah menjadi jalur distribusi antivirus palsu,” kata Google. “Umumnya lewat iklan berbahaya ataupun posting pengguna,” ucapnya.
Google menyebutkan, mereka sedang mengembangkan software yang akan mempercepat pendeteksian software antivirus palsu dalam usaha membantu software pengamanan asli mendeteksi kode antivirus bohongan tersebut. (mt)
Antivirus palsu juga mencegah program lain untuk dijalankan, termasuk software pengamanan yang sudah ada di PC pengguna. Ini sering memaksa pengguna menjadi tidak punya pilihan lain selain membayar untuk membersihkan “virus” yang ada di komputernya.
Sayangnya, setelah pengguna membayar, tak hanya uangnya saja yang diambil penjahat dunia maya. Informasi kartu kredit mereka juga ikut dibawa pergi.
Menurut Google, jumlah hosting domain software antivirus palsu meningkat pada 2009 lalu. Di akhir 2009 terdapat 587 domain yang menyimpan aplikasi jahat tersebut. Padahal, di awal tahun hanya tersedia 93 buah.
“Berhubung pengguna semakin memahami soal pentingnya mengamankan komputer, penyerang juga mengimbanginya dengan menjalankan teknik social engineering untuk mendistribusikan software antivirus palsu,” kata Google.
“Domain antivirus palsu sering menyasar situs-situs populer. Facebook, New York Times, dan Twitter telah menjadi jalur distribusi antivirus palsu,” kata Google. “Umumnya lewat iklan berbahaya ataupun posting pengguna,” ucapnya.
Google menyebutkan, mereka sedang mengembangkan software yang akan mempercepat pendeteksian software antivirus palsu dalam usaha membantu software pengamanan asli mendeteksi kode antivirus bohongan tersebut. (mt)
No comments:
Post a Comment