Wednesday, March 23, 2016

Mengenalkan Kata Maaf dan Memaafkan



Kata maaf kadang mudah diucap tapi sering hanya di mulut saja. Padahal, keikhlasan memaafkan akan jauh lebih membahagiakan. Untuk itu, buah hati kita perlu diajarkan lebih dini untuk memberi dan meminta maaf dengan segera.
Suatu kali, tiba-tiba buah hati kita mengadu. Mereka mengaku telah membuat teman mereka menangis, karena sebelumnya teman mereka telah lebih dahulu melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan. Mereka hanya membalas. Mendengar apa yang mereka katakan, apa yang harus kita lakukan? Mengajak mereka mengurai masalah, lalu jika ternyata mereka yang salah lantas mengajak mereka ke rumah temannya? Atau membiarkan saja, karena kita pikir itu bukan kesalahan buah hati kita, tapi kesalahan temannya juga?
Masalah ini sebenarnya hanya masalah kecil. Tapi justru belajar dari masalah kecil seperti ini kita bisa masuk pada pembahasan yang lebih besar. Yaitu pembahasan tentang bagaimana meminta maaf dan memaafkan dengan setulus hati. Bagaimana kata-kata maaf bukan hanya hadir di permukaan saja, tapi benar-benar merasuk ke dalam hati.
Tapi apa untungnya meminta maaf dan memaafkan sepenuh hati? Untungnya adalah anak-anak diajarkan untuk melupakan apa yang sudah berlalu dan memulai segala sesuatunya tanpa perlu menengok ke belakang lagi.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua untuk membuat anak-anak kita tahu bagaimana meminta maaf dan memberi maaf dengan cara yang baik dan benar, sehingga tidak ada luka dari pihak lawan dan juga dari pihak mereka?
1. Memaafkan Itu Penting Atau Tidak?
Memaafkan tentu saja tidak akan mudah dipahami bila kita tidak mengarahkan arti pentingnya memaafkan. Anak-anak di rentang usia mana pun ketika dekat dengan kita, akan menganggap kita adalah teladan untuk mereka. Maka ketika memaafkan itu kita anggap penting untuk anak-anak dan menjadi sesuatu yang berharga, tentu ada tahapan yang memang harus kita lakukan untuk mereka.
Kita tidak bisa sekedar berkata, “Kamu harus minta maaf.” Atau, “Kamu harus memaafkan.” Tapi kita harus memberi contoh sehingga mereka paham kenapa mereka harus melakukan hal itu. Contoh itu cepat sekali akan meresap kepada mereka bila contoh itu datangnya dari kita. Misal, tidak sadar kita menyakiti perasaan pengasuh anak-anak di rumah. Lalu kita langsung meminta maaf pada si pengasuh. Sehingga anak paham bahwa meminta maaf itu penting dan tidak boleh ditunda.
2. Lakukan Dari Hal Terkecil
Mengajarkan memaafkan yang paling efektif adalah dari rumah kita sendiri dan dari hal-hal yang paling kecil, bahkan harus dimulai dari hal-hal yang justru sering kita sepelekan. Hal-hal kecil itu akan lebih efektif lagi bila bukan sekadar dari apa yang mereka lihat. Tapi bersentuhan langsung dengan mereka.
Ketika kita tidak sengaja menginjak kaki mereka ketika sedang berjalan, kita bisa langsung mengucapkan kata maaf. Atau ketika anak melakukan kesalahan seperti tidak sengaja memecahkan gelas koleksi kita dan mereka sudah minta maaf, kita harus memaafkannya. Dan setelah bicara menjelaskan, harusnya dianggap selesai. Tidak perlu mengungkit-ungkit lagi sehingga anak menjadi terluka karenanya.
3. Coba di Lingkungan Pergaulan
Setelah kita berhasil memasukkan makna kata maaf dan memaafkan, maka langkah berikutnya adalah menjajal dalam pergaulan mereka sehari-hari. Sebab, anak-anak kelak harus hidup di luar, jauh dari kita.
Untuk itu, pantau anak-anak dalam caranya berinteraksi dengan teman-temannya. Di rentang usia balita pasti akan jauh lebih mudah memantaunya. Sebab pada rentang usia itu mereka sedang belajar bagaimana caranya berinteraksi dengan teman-teman. Ketika kita melihat mereka melakukan kesalahan, jangan tunda untuk mengajarkan mereka meminta maaf. Kita ajarkan mereka untuk mengulurkan tangan minta maaf pada temannya. Dan ajarkan temannya juga untuk menerima maaf darinya. Biasanya tindakan seperti itu akan mudah ditiru oleh anak yang lain.
4. Memaafkan Itu Artinya Aktif
Buah hati kita tentu tidak akan paham apa makna memaafkan secara aktif, bukan pasif. Sebab, banyak dari kita sebagai orangtua kerap memaafkan orang lain itu secara pasif. Begitu kita terluka, kita memaafkan secara mulut, tapi tidak secara hati. Hubungan kita renggang serenggang-renggangnya, bahkan mungkin kita tidak mau lagi mengenali orang itu.
Memaafkan secara aktif berbeda. Ketika kita ingin mengajarkan memaafkan secara aktif, artinya ketika buah hati kita bermusuhan dengan temannya, maka kita menjadi saluran untuk mereka agar saling bermaafan. Bahkan ketika buah hati kita masih tidak mau berteman dengan temannya itu, kita sebagai orangtua bisa berlaku aktif dengan mengajak anak kita ke rumah temannya itu.
5. Sedalam Apakah Luka Itu?
Memaafkan tentu saja berkaitan dengan seberapa dalam efek ketika orang lain menyakiti perasaan anak kita. Ketika anak kita berkata bahwa ia tidak mau lagi berteman dengan temannya, kita sebagai orangtua harus tahu dan bertanya apa penyebabnya. Seperti apakah perlakuan temannya itu hingga mereka tidak mau lagi berteman?
Akan menjadi mudah bila mereka bercerita sehingga kita bisa mengarahkan pada mereka. Luka yang dalam bisa terjadi karena anak-anak memang tidak pernah dipersiapkan untuk terluka atau anak-anak tidak pernah diajarkan untuk melupakan luka itu.
6. The Best Thing is Communication
Komunikasi memang selalu menjadi efek terpenting dalam tumbuh kembang hubungan kita dengan anak-anak dan hubungan anak-anak dengan teman-temannya. Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak-anak dan biarkan mereka bebas bercerita tanpa takut salah dengan kita. Sehingga, ketika kita ada sesuatu hal yang melukai anak-anak kita dapat cepat mengetahuinya.

Semoga, dengan beberapa kiat tersebut, maaf dan memaafkan bukan lagi menjadi perkara yang sulit lagi.
Mari, biasakan diri kita sendiri untuk saling memaafkan, sehingga anak-anak pun akan meneladani tindakan kita agar hidupnya kelak penuh kebahagiaan, karena lapangnya hati akibat sudah terbiasa memaafkan.

Thursday, March 3, 2016

Ini yang Terjadi Bila Anda Tidur Dekat Smartphone Setiap Hari



Anda sering tidur bersebelahan dengan 
smartphone? Mulai saat ini, coba letakkan smartphone Anda di tempat yang seharusnya disimpan.

Mengapa harus demikian? Sebab, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidur dekat smartphone yang diletakkan bersebelahan dengan kepala dapat menyebabkan gangguan otak.

Menurut informasi yang dilansir laman Huffington Post, Rabu (2/3/2016), setidaknya delapan dari sepuluh pemilik smartphone justru tidur dan membiarkan smartphone-nya berada di atas tempat tidur.

Bahkan, setengah dari pengguna smartphonememberikan alasan lebih mudah jika menaruhsmartphone di atas tempat tidur ketika ingin mematikan alarm untuk bangun tidur.

Persentase menunjukkan bahwa 63 persen pengguna smartphone yang berusia 18-29 tahun, benar-benar tidur bersama gadgetmereka, baik itu smartphone atau pun tablet.

Selain memberikan dampak berkala ke otak, kebiasaan tidur bersama smartphone di atas ranjang dapat mengakibatkan gangguan tidur secara terus menerus.

Pengguna yang membiarkan smartphone mereka berada di tempat tidur akan terkena Hypervigilance. Ini merupakan suatu gejala otak yang dapat membuat seseorang mengalami rasa tegang dan kewaspadaan secara terus menerus.

"Untuk pengalaman tidur yang nyaman, Anda harus merasa aman dan tidak khawatir tentang apa pun, khususnya smartphone Anda," ujar Dr Neil Stanley, ilmuwan dari Leeds University.  

"Dengan smartphone yang berada di dekat Anda pada malam hari, secara sadar Anda pasti ingin menggunakan ponsel tersebut. Otak akan memantau situasi tidur Anda, tidur akan menjadi lebih mudah terganggu," Dr Stanley melanjutkan.

Tak hanya itu, ada lagi bahaya terbesar dari tidur dengan smartphone. Dr Charles Czeisler, seorang Profesor Kedokteran yang meneliti ritme tidur dari Harvard University, mengungkap bahwa cahaya yang dipijarkan smartphone juga menyebabkan gangguan ritme alami tubuh seseorang. 

Hal tersebut dapat memanipulasi tubuh manusia sehingga menggangap waktu masih siang, dengan kata lain dapat membuat pengguna mengalami disorientasi waktu.

Studi lain dalam jurnal "Organizational Behavior and Human Decision Processes" pada Januari 2015, juga melakukan penelitian tentang kebiasaan para pekerja yang menggunakan smartphone sebelum tidur.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa penggunaan smartphone di atas jam 9 malam dapat menurunkan kuantitas tidur di malam hari, bahkan dapat menyebabkan kinerja di tempat kerja memburuk di pagi hari.

7 Alasan Anak Harus Main di Luar, Bukan Main Gadget.


Saat ini kita dengan mudah melihat anak balita asyik bermain game di gadget orangtuanya. Sebagai orangtua, seharusnya waspada dengan dampak negatif gadget terhadap anak. Berikut beberapa bahaya yang bisa timbul jika anak di bawah umur sering bermain gadget:
1. Radiasi
Penelitian yang dilakukan Universitas Leeds di kota Leeds dan Universitas Manchester and Institute of Cancer Research di Manchester, Inggris, menyatakan bahwa syaraf anak masih berkembang dan tengkorak tipis membuat anak rentan terserang radiasi dari ponsel. Penggunaan telepon genggam di dekat kepala anak dikhawatirkan akan menghancurkan sel otak balita.
2. Mengurangi kemampuan interaksi sosial
Penulis buku iBrain:Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind dan Direktur Longevity Center di Universitas California, Dr Gary Small mengatakan anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan teknologi, akan mengurangi interaksi dan mengganggu keterampilan komunikasi.
3. Obesitas
Anak-anak yang mengandalkan waktu bermain mereka di depan layar gadget daripada di taman bermain, tidak dapat membakar kalori di tubuhnya. Satu dari tiga anak Amerika mengalami obesitas yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti diabetes, serangan jantung, dan stroke.
4. Tempramental
Coba sesekali perhatikan perilaku anak yang berinteraksi dengan gadget berjam-jam lamanya. Apakah anak Anda menjadi agresif? Tantrum adalah bentuk paling umum dari agresivitas di kalangan balita. Sikap agresif dan tantrum merupakan akibat dari paparan gadget. Saat mereka tumbuh dewasa, anak-anak yang kecanduan game lebih mungkin untuk tidak mematuhi orang tuanya.
5. Merusak penglihatan
Kontak yang terlalu lama di layar komputer dapat merusak mata. Para ahli mengatakan, penglihatan yang baik diperoleh jika menatap benda dari jarak yang bervariasi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang kecanduan bermain game komputer lebih mungkin mengalami gangguan pada mata mereka.
6. Penurunan perkembangan otak.
Pada lima tahun pertama hidupnya, otak anak berkembang sangat pesat. Studi menunjukkan bahwa terlalu banyak gadget akan memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan anak menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar.
7. Kurang minat bermain di alam terbuka
Gadget 'membunuh' perkembangan anak. Beberapa orang tua tidak menyadari bahwa anak mereka terasing dari alam, tumbuhan, hewan, danau, dan langit. Balita harus mampu melempar bola, melompat, berlari, dan bernyanyi. Intinya, anak harus aktif bergerak untuk merangsang perkembangan saraf motorik.
Semoga bermanfaat

Kepribadian Negatif Anak Tak Hanya Berasal dari Lingkungan


Bagi orang-orang yang memiliki kepribadian mudah marah, sebaiknya mulai mewaspadai karakter tersebut. Alasannya, sifat temperamen pemarah merupakan faktor genetis bawaan yang dapat diturunkan kepada anak.
Psikolog Roslina Verauli mengatakan, seorang anak mempunyai kemungkinan kemiripan karakter dengan generasi sebelumnya dengan persentasi hingga 80 persen. Bisa jadi mereka tidak memiliki kemiripan dengan orangtuanya namun mempunyai kesamaan karakter dengan kakek atau neneknya.
"Kita kan punya kepribadian. Kepribadian itu terdiri dari yang bawaan dan juga bentukan lingkungan. Nature dan nurture. Yang nature itu bawaan, dan karakter temperamen itu bawaan," kata Vera saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (25/2).
Tapi, ternyata tak hanya temperamen yang merupakan bagian dari kepribadian bawaan. Ada juga kecemasan, keagresifan dan kecerdasan. Kalau anak diturunkan kepribadian yang cerdas, tentu saja itu adalah hal yang menguntungkan dan justru harus dikembangkan. Namun, tiga hal ‘buruk’ lainnya lah yang memerlukan perhatian lebih.
Untuk itu, Vera mengemukakan cara-cara untuk mengatasinya. Hanya saja cara tersebut digunakan untuk sekadar menguranginya, bukan menghilangkannya.
Karena pada dasarnya karakter seseorang tidak dapat dihilangkan. Namun, cara mengurangi sudah tepat dengan budaya dalam psikologi untuk tiga hal tadi.
Dimulai dari kecemasan. Perlu disadari, kecemasan sendiri sebenarnya bukan hanya merupakan bawaan, namun juga bisa jadi sesuatu yang ditiru oleh anak dari orangtuanya.
Sehingga, cara termudah untuk mengurangi kecemasan pada anak harus dilakukan juga oleh si orangtua. Selain itu, orangtua juga harus sadar bahwa cemas dan takut adalah dua hal yang berbeda.
Kemudian, ada pula cara mengatasi agresif. Agresif sendiri merupakan kepribadian yang ditunjukkan pada saat seseorang merasa terancam. Entah itu kabur, atau justru berani menghadapi ancaman tersebut.
"Pendorong agresif itu ada di dalam human. Apa yang harus dilakukan? Dia harus paham dulu apa yang bikin mereka merasa terancam, jadi memahami emosi dari awal," kata Vera.
Misalnya, saat seseorang sedang marah, ia harus paham terlebih dahulu tentang penyebab yang membuat dirinya marah.
Kemudian, tak jarang orang yang marah akan memberikan respon berupa agresi. "Agresi itu outwork, marah itu di dalam hati. Kalau agresi berarti sudah menyerang orang lain, jadi outwork. Bedakan outwork dan inwork. Sebab untuk mereka-mereka yang agresif, boleh dicoba kelola dulu yang di dalamnya,” jelas Vera.
Cara tersebut itu juga bisa diaplikasikan oleh seseorang yang memiliki anak sebagai upaya pencegahan agar anaknya tidak menjadi seseorang yang begitu agresif. Karena dengan orangtua melakukannya, anak akan meniru di kemudian hari.
Kemudian, bila bicara tentang orangtua, perlu ditanamkan pada orangtua bahwa kalau mereka sedang sangat marah karena sesuatu, sebisa mungkin jangan sampai lakukan di depan anak.
"Tapi kalau ternyata sampai terjadi di depan anak, setelah itu coba diskusikan. Jelaskan kalau tadi mamanya sedang marah, ‘tadi mama lagi marah, tapi itu salah," tutur Vera.
"Atau bisa juga tanya pada anak tentang apa yang mereka lihat. ‘Apa yang tadi kamu lihat? I’m sorry, mama minta maaf’. Itu efektif," katanya.